Judul Buku : Guru Muslim Abad 21
Penulis : Intan Irawati
Jumlah Halaman : 234
Penerbit : Elex Media Komputindo
ISBN : 978-602-04-4752-0
Seringkali kita mendengar bahwa
jadilah pembelajar sepanjang hayat dan menuntut ilmu bagi seorang muslim
hukumnya wajib. Lalu bagaimana dengan menjadi seorang pengajar khususnya di era
abad 21?
Untuk mencapai fase tersebut
tentu tidak dilakukan secara instan. Selain memliki kualifikasi sebagai guru,
guru juga harus memiliki beragam kemampuan, yaitu kemampuan sosial, pedagogi,
kepribadian, dan profesional. Maka tidak ada alasan sebagai guru tidak
berkembang.
Permasalahan akhlak siswa sering
menjadi buah bibir di kalangan para guru. Bagaimana cara mengatasinya dan
hal-hal apa yang mendorong siswa untuk berbuat baik. Guru menjadi role model yang bisa ditiru oleh
siswanya. Sehingga bukan hanya ilmu pengetahuan saja yang diberikan, tapi
bagaima pendidik bisa membentuk karakter siswanya menjadi lebih baik lagi dari masa ke masa. Sebelum
menjadi pendidik untuk generasi berikutnya. Hal yang perlu dididik adalah diri
sendiri supaya bisa selalu berperilaku akhlakkul karimah dan juga cerdas.
1. Tingkatkan Kualitas Hidup dengan Membaca
Kegiatan membaca harusnya menjadi
kebutuhan bagi seorang guru. Terlebih lagi ayat pertama Al-quran yang
diturunkan tentang Iqra’ yang artinya membaca. Sehingga membaca buku bukanlah
sekedar hobi, tetapi kebutuhan bisa ditularkan ke sesama guru juga siswa. Pilihan
bacaan bukan hanya sekadar membaca, tetapi bagaimana bacaan itu bisa
bermanfaat, bersifat membangun, dan membawa perubahan.
“Perumpamaan orang mukmin yang suka membaca Al-quran seperti buah
utrujjah. Baunya harum dan rasanya lezat. Dan orang mukmin yang tidak suka
membaca Alquran seperti buah kurma, baunya tidak ada dan rasanya manis. Dan
perumpamaan orang munafik yang suka membaca Alquran seperti buah raihanah,
baunya lumayan dan rasanya pahit. Dan perumpamaan orang munafik yang tidak suka
membaca Alquran seperti buah hanzholah, tidak memiliki bau dan rasanya pahit.”
(HR Muttafaq alahi)
2. Jadilah Idola Bagi Mereka
Sebelum menjadi guru, semua orang
pasti pernah menjadi murid dan biasanya kehadirannya selalu menjadi dua
kemungkinan. Kehadiran yang ditunggu dan tak ingin ditunggu. Kalau kehadirannya
ditunggu oleh siswa, bisa jadi karena mengajarkan keren, asyik, tidak
membosankan. Sedangkan alasan untuk kehadiran guru yang tidak ditunggu adalah
bosan atau bahkan melihat wajahnya saja sudah membuat malas.
Menjadi idola juga bukan
sembarang idola modal terkenal. Namun memang memberikan teladan yang baik.
Seperti datang lebih awal, sudah melakukan ibadah harian, dan bertutur kata
yang baik. Guru yang ramah, murah senyum selalu menjadi pusat perhatian banyak
orang. Tidak hanya di kalangan para siswa, tapi juga di kalangan para guru.
Sekilas, setelah melihat kompetensi guru begitu banyak. Ada kecemburuan yang
menghampiri. Mampukan menjadi guru yang terbaik sesuai dengan versi terbaiknya
diri atau bertahan dengan karakter yang seperti sekarang?
“Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada
kebajikan, menyuruh kepada makruf dan mencegah dari yang mungkar, merekalah
orang-orang yang berutung.” (QS. Ali Imran : 104)
3. Menyajikan Pembelajaran Bermutu
Bercerita tidak hanya disenangi
oleh anak-anak, tetapi juga orang dewasa. Pada sela-sela pelajaran, guru bisa
menceritakan kisah perjalanan Rasul atau tentang sejarah islam. Sehingga kisah
yang diingat anak-anak tidak hanya tentang dongeng dan cerita rakyat saja.
Biasanya kisah selalu memiliki hikmah yang bisa dipetik dan diterapkan dalam
kehidupan sehari-hari.
Ice Breaking di saat pembelajaran mulai bosan. Pada halaman 135
disebutkan bahwa ada banyak ice breaking
yang bisa diterapkan di dalam kelas, seperti games, menyanyi, senam, kalimat pembangkit semangat, story telling, tepuk tangan, senam otak,
humor, dan tebak-tebakan.
Praktik, belajar, dan bermain
selalu memberikan kenangan lama yang membekas dibandingkan hanya sekedar membaca,
menulis, dan mengerjakan soal di kelas. Bahkan dalam pemahaman, praktik selalu
menjadi metode yang efektif. Hanya saja kelemahannya adalah membutuhkan waktu
yang lebih lama.
Analogi dan perumpamaan. Bagi
guru, kemampuan membuat analogi dan perumpamaan sangat diperlukan untuk
mengukur pemahaman konsep dengan cara membentuk persamaan. Analogi
mengakibatkan adanya hubugan kesamaan antara konsep sehingga menurut Chotib,
2011 bisa memecahkan masalah yang dihadapi berikutnya.
Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris, dan Bahasa Arab. Penggunakan tiga bahasa tentulah akan menjadi bermanfaat untuk peserta didik. Mereka disiapkan untuk menghadapi tantangan di era abad ke 21. Penggunaan Bahasa Inggris karena Bahasa tersebut merupakan bahasa Internasional. Sementara bahasa Arab karena Al-quran sendiri merupakan bahasa Arab.
Internet, pisau bermata dua. Berpegang kepada Alquran sebagai pedoman hidup bagi setiap muslim maka aplikasi ICT (TIK) dalam dunia pendidikan ditujukan untuk meningkatkan kualitas pribadi muslim dan hasil pendidikan islam itu sendiri. Guru seyogyanya memberikan arahan bagaiaman memanfaatkannya dengan baik.
Penutup
Pada bagian ini, yang menjadi insight tersendiri adalah bagaimana
Intan Irawati memberikan sebuah penekanan bahwa anak tidak boleh dilabelin.
Misalnya mengucapkan bahwa anak tidak pintar atau tidak akan sukses di kemudian
hari. Adanya ketidakbolehan melabeli siswa membuat guru memperlakukan siswa
sama dengan siswa yang lainnya.
Pemaparan yang disajikan buku
Guru Muslim Abad 21 menggunakan bahasa ringan sehingga lebih mudah
menelusurinya hingga akhir. Walaupun tidak disajikan penulisan Bahasa Arab
sebagaimana buku-buku yang lain. Makna dan kandungannya menjadi pokok utama
dalam pembasan. Ada kisah dan motivasi untuk terus berkembang.
Selain itu, yang menjadi ketertarikannya adalah cover buku yang menarik serta jumlah halaman yang tidak terlalu banyak membuat buku ini ringan dibawa ke mana-mana. Liburan sembari membaca buku menikmati pemandangan teduh sangat menyenangkan.