Tak pernah terpikirkan dulunya
saya bisa bergabung di sekolah SMA IESS Nurul Azmi Medan yang ketika itu jarak
rumah saya dan lokasi tempat mengajar tidaklah dekat. Cita-cita saya dulunya
sederhana, bisa mengajar di tempat yang tak jauh dari rumah karena energinya
bisa dihemat untuk memikirkan perkembangan peserta didik ataupun menambah
kapasitas diri dalam pengetahuan sebelum diajarkan pada anak-anak.
Qadarullah, saya mengajar di sekolah ini semenjak tahun ajaran baru 2023/2024 yang ketika itu dimotivasi ingin mengembangkan pengetahuan setelah dua tahun
mengajar di SDN 067248. Berat memang mengawali perjalanan saya bisa bertahan
menjadi seorang wali kelas di sana pada awal permulaan. Saya harus bolak-balik
ke kamar mandi setiap pagi karena rasa stress meningkat saking kagetnya
perubahan hidup darinya santuy menjadi tak santuy lagi. Kehidupan yang digerus
serba cepat bukanlah dibentuk sehari dua hari, tapi memang sejak dulu saat
perkuliahan yang menuntut diri sepenuhnya 24 jam hanya untuk kuliah saja.
Momen hari guru adalah momen yang
flat bagi saya sebenarnya. Pasalnya saya yang sekarang masih jauh dari kata
baik sebagai guru yang sebenarnya sembari menelisik kembali diri saya
sebelumnya. Dua kata dari semua yang berlalu, ‘enggak bahagia’. Saya tidak
bahagia mengajarkan sesuatu ke anak-anak dan saya enggak bahagia untuk datang
ke sekolah. Padahal niat saya dulunya adalah ingin menjadi guru yang bahagia. Kapan-kapan
saya akan bercerita tentang pendapat saya terhadap guru.
Momen hari guru di Nurul Azmi
kali ini dibuat berbeda oleh para pemimpinnya. Mereka berpikir bahwa guru
pertama mereka adalah ibu mereka sendiri di mana kali pertama anak-anak dididik
terlebih lagi pasal akhlak. Maka tepat pada tanggal 26 Novemberi diundanglah
para Ibu ke sekolah untuk merayakan momen Hari Guru untuk Ibu sekaligus
peluncuran album terbaru yang berjudul Ibu ditulis oleh Ustadz Doni selaku
kepala sekolah SMP IT Nurul Azmi.
Pemilihan hari Minggu bukanlah
tanpa alasan. Hal ini bertujuan supaya para banyak yang bisa datang dikarenakan
hari Minggu adalah hari libur dan tidak perlu khawatir akan sebuah alasan bahwa
mereka sedang dalam bekerja pada umumnya.
Qadarullah, para Ibu yang ada di kelas saya yang bernama Malik
Binnabi pada datang semua. Momen kebersamaan itu pun terpotret indah ketika
mereka foto bersama. Walaupun pada akhirnya saya belum berkesempatan untuk ikut
karena sedang ada hal yang ingin diselesaikan.
Kegiatan makan bersama ini
diinisiasi oleh Mamanya Nabil, wali murid kelas Hamasah secara dadakan layaknya
proklamasi. Dilaksanakan secara sesingkat-singkatnya. Sat set set. Jadilah kami
makan bersama. Serta didukung juga produk dari Nuget Apamaumu yang
merupakan owner dari Aulia, siswa kelas Al-Fatih.