Cover depan Mengejar Impian Ayah |
“Henny, baca buku ini aja,” ucap kak
Dewi. Ia mengambil sebuah buku yang ukurannya tipis. “Ini punya salah satu
anggota FLP senior.”
Aku menerimanya tanpa berpikir kapan
akan menyelesaikan buku itu bersebab tagihan TBR. Setiap kali ingin menambah
buku untuk dibaca, setiap itu juga aku selalu berpikir berapa banyak waktu yang
kuhabiskan untuk membacanya. Takut berlama-lama ia akan mendekam di dalam
rakku.
Berat memang dirasa, saat aku sudah
terlampau nyaman membaca buku nonfiksi. Ketika membaca buku fiksi beratnya
minta ampun. Bisanya satu buku yang berukuran saku dalam satu tahun pun sampai
saat ini belum juga dibaca. Hingga akhirnya, aku memang harus memaksa bahwa
buku ini harus dibawa ke mana-mana sampai selesai membacanya.
Judul Buku : Mengejar Impian Ayah
Penulis : Abdi Siregar
Jumlah Halaman : 181
Penerbit : Wahana Resolusi
Jenis Cover : Soft
ISBN : 978-602-5775-27-7
Kisah ini bermula dengan pertemuan
Ibu dan Bapak Mara, yaitu Maya dan Rusli sebagaimana kisah cinta pemuda dan
pemudi pada umumnya. Rusli yang begitu gagah berani melamar Maya ke rumahnya.
Betapa kita akan dibawa momen romantis lamaran mereka berdua.
Kisah Mara Siregar pun dimulai ketika
ia lahir. Konsep penceritaan Mara membuat kita akan memposisikan diri
sebagaimana anak-anak pada umumnya. Mulai dari permainan patok lele hingga
hobinya yang membaca buku horor. Mara teramat suka membaca buku horor, tapi
dalam dunia nyata takutnya minta ampun.
Meski sejak kecil, Rusli sudah
membilangkan apa impiannya terhadap anaknya, yaitu menjadi Mara sebagai ulama.
Bahkan dalam tahap penyekolahannya juga sudah diberitahukan ke Mara. Pada saat
itu Mara pun tak tahu apa yang menjadi cita-citanya. Saat ditanya
ujung-ujungnya pasti berbeda. Namun yang pasti ia akan mengatakan penulis
cerita detektif.
Sebagai mana jalan kehidupan. Kisah
Mara tidak semulus dibayangkan, ayahnya meninggal saat bekerja. Sehingga Ibunya
yang menggantikan peran menafkahi kehidupan. Begitu pun Mara tidak tega melihat
ibunya. Mara yang dulunya rajin ke sekolah mulai mencari uang sendiri dengan
bedagang.
Kisah ini semakin pelik ketika Maya
sakit dan Mara tidak bersekolah karena keinginannya untuk membantu sang ibu.
Teknik penceritaaan dalam novel ini
layaknya potongan cerita pendek yang saling bersambung. Cocok dibaca oleh siapa
saja, baik itu yang anak-anak, remaja, maupun dewasa.
Kisah ini bukan saja disuguhi dengan
teknik penceritaan, tetapi selalu ada nasihat baik yang disampaikan. Seperti
kejujuran dan pentingnya memanajemen waktu dengan baik. Sosok yang paling bijak
dalam kisah Mengejar Impian Ayah adalah neneknya Mara. Walaupun sudah tua, kita
akan menelusuri pikiran bijaknya dalam memandang kehidupan. Betapa pun terpukau
ketika neneknya membilangkan bahwa terkait mistis kenapa itu ada, ya bersebab
orang-orang mengenal waktu tidak hanya untuk bermain saja. Melainkan
mengingatkan bahwa ada kewajiban untuk mengingat Allah.
Overall, apakah buku ini mampu
membuat saya jatuh cinta kembali membaca buku?
Jatuh cintanya sih belum, tapi lumayanlah
memberikan bumbu-bumbunya.
Cover belakang Mengejar Impian Ayah |
Kenapa nggak komentar terkait dengan cara Rusli mendidik anaknya? Padahal
di zaman ini akan menyakitkan ketika kita dipaksa menjadi kemaun orang lain.
Hm, gimana. Kalau bagi saya yang
sudah memiliki impian kian ya pastinya bakalan memberontak, tapi memang di sini
itu loh responnya Mara tidak ada penolakan sama sekali. Itu artinya Mara rela
hati saja menjalankannya. Walaupun keputusannya di tengah perjalanan sempat
membantu perekonomian keluarganya hingga membuatnya tidak sekolah selama
seminggu.
Bagian mana yang paling menyentuh di hati Diary Harumpuspita setelah
membaca ini?
Sosok ayah Mara, yaitu Rusli.
Ternyata masih ada loh sosok lelaki yang bertanggung jawab seperti ayahnya.
Memang benar-benar mengayomi sekali dan rela susah, bekerja keras demi
keluarganya. Masyaa Allah, pahalanya pasti besar sekali ya. Bagi saya Rusli
termasuk sosok lelaki idaman untuk keluarga, walaupun enggak semua cara pro
dengan caranya beliau.
Itu saja yang bisa disampaikan dalam
sesi review buku kali ini, sampai jumpa di review selanjutnya.