Toleransi Beragama Diary Harumpuspita

Toleransi Beragama Diary Harumpuspita

Habib Jafar Husain terkenal sebagai orang yang toleransi dalam beragama melalui postingannya di media sosial. Postingannya yang kebetulan lewat di beranda pada hari mendekati Natal adalah adanya War hadiah. Ketika Santa salah masuk ruangan. Website www.immanuelstpaul.org merupakan sebuah website gereja Kristen Protestan di Indonesia. 

Indahnya kebersamaan meskipun kita berbeda dalam hal keyakinan. Tak pula menjadikan hal itu sebagai penghalang dalam sebuah persaudaraan berbangsa dan bernegara. Teman-teman yang Kristen Protestan dapat menambah pengetahuannya terkait agama yang dianut di www.immanuelstpaul.org

Perbedaan beragama ini pertama kali saya rasakan ketika di SMP Negeri 1. Kebetulan saya sebangku dengan teman yang beragam kristiani. Namun tidak menjadikan pula komunikasi di antara kami bermasalah.

Berikut adalah 5 contoh toleransi antar umat beragama :

1.       Menghormati tempati ibadah

Cara kita menghormati tempat ibadah adalah dengan tidak menganggu ritual ibadah mereka. Bahkan ada juga masjid dengan gereja saling bersebelahan.

2.       Tidak memaksakan keyakinan

Hal ini terkandung dalam surah Al-Kafirun yang bermakna lakum dinukum waliyadin. “Untukmu agamamu dan untukku agamaku.”

3.       Tidak memandang rendah

Meksipun berbeda keyakinan, kita tidak boleh memandang rendah keyakinan yang lain. Mereka nyaman dengan keyakinan mereka dan kitanya juga nyaman dengan keyakinan kita.

4.       Menghargai perayaan hari besar

Seperti yang ada di kalender nasional. Indonesia sendiri sudah membuat jadwal libur untuk perayaan hari besar. Sehingga kita juga turut merasakan kebahagiaan yang mereka rasakan meskipun berbeda ranah. Mereka beribadah, ya kitanya liburan saja.

5.       Membangun Kemitraan

Hal yang paling menyenangkan dalam sebuah bisnis adalah membangun kemitraan. Apalagi taat beragam di keyakinan masing-masing.

Saya teringat sekali dengan semasa kuliah dulu. Kebetulan di kampus teman-teman banyak yang beragama Kristiani. Sementara yang muslim masih bisa dihitung jari. Setiap makan siang kami selalu bersama. Walaupun begitu keakraban di antara kami sangatlah harmonis dan saling menghargai keyakinan masing-masing.

Bertemu Teman Baru

Suatu hari saya bertemu dengan acara pertemuan JS Khairen di Gramedia Gajah Mada Medan. Banyak orang yang tertarik dengan acara pertemuan dengan penulis tersebut. Terdengar struktur dalam penyampaiannya. Hingga pada suatu ketika kami disuruh menggunakan almamater kampus. Sehingga yang sesama kampus UNIMED bertemu untuk mendapatkan hadiah merchandise dari penulisnya.

Deo namanya, pemuda berkacamata nan tinggi. Saya menyapanya lebih dulu dan kami bertukaran kontak telepon dikarenakan foto bersama ada di ponselnya. Ternyata ia beragama kristiani setelah saya melihat postingannya melalui pesan story WhatsApp.

Saat ini ia menempuh pendidikan sebagai mahasiswa tata boga di Unimed. Unik ya, cowok mengambil jurusan cooking. Terakhir kali percakapan saya dengannya setelah saya memposting sebuah caption. “Kata Ibu umur sudah banyak.”

“Oup kode itu kak.”

“Apa?”

“Merriedlah apa lagi.”

“Iya juga ya.”

“Jangan lupa undangannya ya.”

Pesan itu sampai saat ini belum bisa saya jawab dan tertanda dibaca.

Kesimpulan

Begitulah kehidupan ini, kadang kita berhadapan di mana perbedaan itu berada. Bagi saya sejujurnya enggak mudah jika memang hidup ini orientasinya hanya ibadah saja. Meskipun begitu, setiap aktivitasnya diniatkan sebagai ibadah juga tidaklah mengapa.

Sehingga perbedaan tadi akan menjadi keindahan yang tak terkira. Bahkan mereka sangat perhatian dibandingkan diri kita sendiri.


Previous
Next Post »