Gambar 1. Potretan pribadi mode bahagia berbagi |
Energi kamu banyak
banget ini dari mana? Tumben, alibi aja ya atau untuk menutupi rasa sedih yang
enggak boleh keluar? Biasanya juga kalau lagi bersedih hati nggak bisa
ngapa-ngapain, ngendep gitu aja di rumah, tidur, dan scralling konten yang
relate dengan dengan kehidupan. Ujung-ujungnya sama, menyesal dengan waktu yang
berjalan karena enggak menghasilkan apa-apa. Minimal karya gitu kek.
Bagi saya sukanya
begitu, mau di mana pun yang penting tidak menyesal atas berjalannya waktu.
Hanya saja lingkungan ini yang kadang suka nyinyirin ini itu dan membuat hati
saya yang tadinya adem ayem mendadak nyes. Sakit saja begitu. Nggak apa sih,
sakit terus sembuh sendiri. Hal yang menjadi masalahnya ditumpuk-tumpuk rasa
sakitnya dan pada waktu yang tidak diketahui meluap begitu saja. Ujung-ujungnya
tak tertolong. Masalah yang tadinya kecil, jadinya besar banget hingga mau
keluar rumah rasanya malu banget.
Menjejaki di
Industri kreatif ini sebenarnya ‘tidak ada matinya’ selagi orangnya ingin selalu
berusaha untuk mewujudkannya dan paling penting adalah konsistensi.
Kadang-kadang sampai mikir begini, ini
orang seberapa lama tahannya ya?
Ya, elah. Orang
lain aja yang dikomentarin sedangkan diri sendiri saja masih belum jalan-jalan.
Qadarullah, Alhamdulillah saya bisa kembali lagi terjun di dunia industri ini
setelah sekian lama hibernasi disebabkan amanah.
Nah, itu.
Ujungnya-ujungnya menyalahkan juga. Saya memang tipikal orang yang suka kamu
mendem perasaan dan nggak bisa mengungkapkan kalau saya ini sedang sakit
banget atau ya yang sejenisnyalah. Sampai-sampai orang menyangka bahwa saya
bukanlah tipe orang yang baperan. Bahkan sampai saat ini jika saya bertanya
tahu nggak kalau saya marah itu gimana? Kebanyakan mereka sih belum tahu kalau
saya marah bagaimana.
Akhirnya saya
tanya sama Mama sendiri di rumah. “Ma, kalau saya marah saya gimana?”
“Ya, kamu diam sih
kalau lagi marah.”
I
see. Diam adalah bahasa yang paling membingungkan
menurut saya. Diam adalah bahasa ketulusan yang tak terjabarkan. Ah, nanti kita
bahas pekara diam ya di episode selanjutnya.
Eh, emang di tahap
ini kita bahas marah-marah ya?
Ya, enggak sih
hanya ngebahas sesuatu yang mungkin bisa diambil ibrahnya saja dan dibuat
pembelajaran. So, curcol kali ini saya ingin menarik kesimpulan dari rilis
kehidupan yang telah berlalu.
1.
Enggak ada sia-sia dari sebuah
ikhtiar
Pernah nggak kamu menginginkan sesuatu dalam hidup, tapi belum terwujud saat ini? Sampai pada akhirnya impian itu sempat terlupakan dan menyerahkan segalanya hanya kepada Allah Swt. Nah, itu pula yang saya alami saat ini. Eh, tahu-tahunya sudah terwujud. Padahal kemarin kayaknya sulit banget untuk melaluinya. Nyaris nyerah, nyaris nggak punya siapa-siapa dalam hidup. Sampai pada titik akhirnya, jalan yang gelap itu seketika terang benderang. Masyaa Allah
Ada satu kalimat yang paling saya suka dari Ustadz Adi Hidayat. Dia mengatakan begini, “Rezeki itu akan mendatangi kita dalam ikhtiar. Jadi, enggak usah takut kalau kita enggak dapat hari ini. Besok-besok bakalan dikumpulin tuh. Enggak usah khawatir akan rezeki itu, ia akan sebanding dengan usaha kita hari ini dan akan mendatangi kita sebagaimana maut mengejar kita.”
2.
Keliling diri kita dengan apa yang
kita impikan
Saya
dulu enggak suka dengan pemikiran bahwa kalau kita mau berteman itu nggak usah
milih-milih. Mau dia kaya, miskin, berada ataupun tidak ya kita temani saja.
Namun yang perlu diperhatikan adalah dengan siapa sih teman duduk kita itu.
Sebab, ia yang akan menentukan siapa diri kita.
Kalau
orang kaya itu bilang, kalau ingin kaya yah berteman dengan orang kaya juga. Kalau
kita seorang penulis ya temannya juga para penulis. Begitu juga kalau kita
pengusaha ya ketemunya juga para pengusaha, jangan para pendidik. Entar malah
disuruh nggak usah jadi pengusaha, katanya sekarang hidup pada susah semua.
Kalau jualan pada enggak laku. Begitupula kalau kita seorang pendidik, ketemu
dengan para pengusaha. Entar malah dibilangnya begini, enggak usah ngajar,
gajinya enggak ada. Enggak kaya-kaya.
Intinya
kita boleh berteman dengan siapa saja, tapi yang perlu diperhatikan dengan
siapa teman duduk kita berlama-lama. Ketemu dengan teman duduk yang mendukung
keberhasilan kita itu jarang banget sih sebenarnya.
Digitalisasiyang mempertemukan
Kita
enggak bisa tuh yang namanya memilih kita berada di lingkaran yang mana. Adanya
digitalisasi ini justrulah yang membuat kita terhubung dengan orang-orang
selingkaran itu. “Kalau impian kita tidak didukung, bukan impiannya yang
diganti, tetapi pertemanannya yang diganti.” Itu mah kata JS Khairen dan saya
pun juga membenarkan hal itu.
3.
Berharap hanya kepada Allah Swt
bukan ikhtiar
Kalau
kita berharap dengan apa yang kita lakukan itu adalah hal yang wajar
sebenarnya, tapi enggak semua harapan kepada apa yang kita lakukan itu berlaku.
Saat diterapkan kepada semua kondisi, hal yang ada kita itu bakalan kecewa
ketika tidak mendapatkan apa yang kita harapkan itu.
Coba
deh diganti dengan hanya berharap kepada Allah Swt, pasti hati tenang dan
damai. Kalau enggak dikasih sekarang, mungkin nanti, dan kalau enggak terbalas
pasti akan Allah gantikan dengan yang lebih baik lagi.
Secara
matematis, ketika pemberian yang satu dan kita tidak mengharapkan apapun. Maka
hasilnya tidak terdefinisi. Ya, hanya Allah Swt yang tau.
Jadi,
mau itu berbalas ataupun enggak yah santai aja.
4.
Kalau tadinya solo, coba deh
kolaborasi
Kerja
sendirian itu asyik, tapi kerja bareng-bareng itu sangat asyik ketika kita
mengetahui letak penghubungnya di mana. Kita akan menemui beragam karakter dari
yang satu ke lainnya. Namun yang perlu digarisbawahi adalah kita itu harus
selesai dengan diri kita sendiri.
Bagi
saya orang-orang yang bisa bekerjasama itu adalah orang-orang yang memiliki
energi besar. Sebab menyatukan banyak kepala itu nggak semudah membalikkan ayam
di penggorengan. Apalagi menyatukan hati. #Plak
Nah,
adanya fitur kolaborasi di Instagram ini sungguh asyik sekali. Jangkaunnya bisa
lebih besar daripada apa yang kita kira, tanpa harus mengeluarkan biaya lebih
besar. Walaupun untuk mencapai jangkauan lebih besar sesuai dengan targetnya
masih Ads lagi yang lebih oke.
Gambar 2. Kiat-Kiat Industri Kreatif 2025 |
Itu saja seputar
curcol (curhat colongan) pada kesempatan ini. Sampai jumpa di curcol
selanjutnya.
Ih, masih penasaran nih sama fitur kolab nya, kupas lg dong 😁
ReplyDelete