Curcol Kiat-Kiat Industri Kreatif 2025

Curcol Kiat-Kiat Industri Kreatif 2025
Gambar 1. Potretan pribadi mode bahagia berbagi

Energi kamu banyak banget ini dari mana? Tumben, alibi aja ya atau untuk menutupi rasa sedih yang enggak boleh keluar? Biasanya juga kalau lagi bersedih hati nggak bisa ngapa-ngapain, ngendep gitu aja di rumah, tidur, dan scralling konten yang relate dengan dengan kehidupan. Ujung-ujungnya sama, menyesal dengan waktu yang berjalan karena enggak menghasilkan apa-apa. Minimal karya gitu kek.

Bagi saya sukanya begitu, mau di mana pun yang penting tidak menyesal atas berjalannya waktu. Hanya saja lingkungan ini yang kadang suka nyinyirin ini itu dan membuat hati saya yang tadinya adem ayem mendadak nyes. Sakit saja begitu. Nggak apa sih, sakit terus sembuh sendiri. Hal yang menjadi masalahnya ditumpuk-tumpuk rasa sakitnya dan pada waktu yang tidak diketahui meluap begitu saja. Ujung-ujungnya tak tertolong. Masalah yang tadinya kecil, jadinya besar banget hingga mau keluar rumah rasanya malu banget.

Menjejaki di Industri kreatif ini sebenarnya ‘tidak ada matinya’ selagi orangnya ingin selalu berusaha untuk mewujudkannya dan paling penting adalah konsistensi. Kadang-kadang sampai mikir begini,  ini orang seberapa lama tahannya ya?

Ya, elah. Orang lain aja yang dikomentarin sedangkan diri sendiri saja masih belum jalan-jalan. Qadarullah, Alhamdulillah saya bisa kembali lagi terjun di dunia industri ini setelah sekian lama hibernasi disebabkan amanah.

Nah, itu. Ujungnya-ujungnya menyalahkan juga. Saya memang tipikal orang yang suka kamu mendem perasaan dan nggak bisa mengungkapkan kalau saya ini sedang sakit banget atau ya yang sejenisnyalah. Sampai-sampai orang menyangka bahwa saya bukanlah tipe orang yang baperan. Bahkan sampai saat ini jika saya bertanya tahu nggak kalau saya marah itu gimana? Kebanyakan mereka sih belum tahu kalau saya marah bagaimana.

Akhirnya saya tanya sama Mama sendiri di rumah. “Ma, kalau saya marah saya gimana?”

“Ya, kamu diam sih kalau lagi marah.”

I see. Diam adalah bahasa yang paling membingungkan menurut saya. Diam adalah bahasa ketulusan yang tak terjabarkan. Ah, nanti kita bahas pekara diam ya di episode selanjutnya.

Eh, emang di tahap ini kita bahas marah-marah ya?

Ya, enggak sih hanya ngebahas sesuatu yang mungkin bisa diambil ibrahnya saja dan dibuat pembelajaran. So, curcol kali ini saya ingin menarik kesimpulan dari rilis kehidupan yang telah berlalu.

1.      Enggak ada sia-sia dari sebuah ikhtiar

Pernah nggak kamu menginginkan sesuatu dalam hidup, tapi belum terwujud saat ini? Sampai pada akhirnya impian itu sempat terlupakan dan menyerahkan segalanya hanya kepada Allah Swt. Nah, itu pula yang saya alami saat ini. Eh, tahu-tahunya sudah terwujud. Padahal kemarin kayaknya sulit banget untuk melaluinya. Nyaris nyerah, nyaris nggak punya siapa-siapa dalam hidup. Sampai pada titik akhirnya, jalan yang gelap itu seketika terang benderang. Masyaa Allah

Ada satu kalimat yang paling saya suka dari Ustadz Adi Hidayat. Dia mengatakan begini, “Rezeki itu akan mendatangi kita dalam ikhtiar. Jadi, enggak usah takut kalau kita enggak dapat hari ini. Besok-besok bakalan dikumpulin tuh. Enggak usah khawatir akan rezeki itu, ia akan sebanding dengan usaha kita hari ini dan akan mendatangi kita sebagaimana maut mengejar kita.”

2.      Keliling diri kita dengan apa yang kita impikan

Saya dulu enggak suka dengan pemikiran bahwa kalau kita mau berteman itu nggak usah milih-milih. Mau dia kaya, miskin, berada ataupun tidak ya kita temani saja. Namun yang perlu diperhatikan adalah dengan siapa sih teman duduk kita itu. Sebab, ia yang akan menentukan siapa diri kita.

Kalau orang kaya itu bilang, kalau ingin kaya yah berteman dengan orang kaya juga. Kalau kita seorang penulis ya temannya juga para penulis. Begitu juga kalau kita pengusaha ya ketemunya juga para pengusaha, jangan para pendidik. Entar malah disuruh nggak usah jadi pengusaha, katanya sekarang hidup pada susah semua. Kalau jualan pada enggak laku. Begitupula kalau kita seorang pendidik, ketemu dengan para pengusaha. Entar malah dibilangnya begini, enggak usah ngajar, gajinya enggak ada. Enggak kaya-kaya.

Intinya kita boleh berteman dengan siapa saja, tapi yang perlu diperhatikan dengan siapa teman duduk kita berlama-lama. Ketemu dengan teman duduk yang mendukung keberhasilan kita itu jarang banget sih sebenarnya.

Digitalisasiyang mempertemukan

Kita enggak bisa tuh yang namanya memilih kita berada di lingkaran yang mana. Adanya digitalisasi ini justrulah yang membuat kita terhubung dengan orang-orang selingkaran itu. “Kalau impian kita tidak didukung, bukan impiannya yang diganti, tetapi pertemanannya yang diganti.” Itu mah kata JS Khairen dan saya pun juga membenarkan hal itu.

3.      Berharap hanya kepada Allah Swt bukan ikhtiar

Kalau kita berharap dengan apa yang kita lakukan itu adalah hal yang wajar sebenarnya, tapi enggak semua harapan kepada apa yang kita lakukan itu berlaku. Saat diterapkan kepada semua kondisi, hal yang ada kita itu bakalan kecewa ketika tidak mendapatkan apa yang kita harapkan itu.

Coba deh diganti dengan hanya berharap kepada Allah Swt, pasti hati tenang dan damai. Kalau enggak dikasih sekarang, mungkin nanti, dan kalau enggak terbalas pasti akan Allah gantikan dengan yang lebih baik lagi.

Secara matematis, ketika pemberian yang satu dan kita tidak mengharapkan apapun. Maka hasilnya tidak terdefinisi. Ya, hanya Allah Swt yang tau.

Jadi, mau itu berbalas ataupun enggak yah santai aja.

4.      Kalau tadinya solo, coba deh kolaborasi

Kerja sendirian itu asyik, tapi kerja bareng-bareng itu sangat asyik ketika kita mengetahui letak penghubungnya di mana. Kita akan menemui beragam karakter dari yang satu ke lainnya. Namun yang perlu digarisbawahi adalah kita itu harus selesai dengan diri kita sendiri.

Bagi saya orang-orang yang bisa bekerjasama itu adalah orang-orang yang memiliki energi besar. Sebab menyatukan banyak kepala itu nggak semudah membalikkan ayam di penggorengan. Apalagi menyatukan hati. #Plak

Nah, adanya fitur kolaborasi di Instagram ini sungguh asyik sekali. Jangkaunnya bisa lebih besar daripada apa yang kita kira, tanpa harus mengeluarkan biaya lebih besar. Walaupun untuk mencapai jangkauan lebih besar sesuai dengan targetnya masih Ads lagi yang lebih oke.

Kiat-Kiat Industri Kreatif 2025
Gambar 2. Kiat-Kiat Industri Kreatif 2025

Itu saja seputar curcol (curhat colongan) pada kesempatan ini. Sampai jumpa di curcol selanjutnya.

 

 

 

 


Previous
Next Post »

1 comment

  1. Ih, masih penasaran nih sama fitur kolab nya, kupas lg dong 😁

    ReplyDelete