Pentingnya Migrasi ke Literasi Digital Masa Kini

Pentingnya Migrasi ke Literasi Digital Masa Kini
Gambar 1. Ilustrasi Pentingnya Migrasi ke Literasi Digital Masa Kini

 Awal tahun adalah sebuah momentum yang sangat baik untuk memulai sesuatu. Ibarat sebuah garis awal, rata-rata kebanyakan orang memulai harapan baru di awal tahun. Baik itu yang muda maupun yang tua. Termasuk Kumpulan Emak Blogger (KEB) memiliki harapan tema #KEBerpihakan dengan mendukung program literasi digital.

Begitu pula dengan tren sosial media mengikuti perkembangan zaman. Namun lagi-lagi untuk membahas suatu kasus, dibutuhkan banyak data. Supaya kita bisa tahu langkah mana yang perlu diambil untuk mengatasi masalah dalam kehidupan dan mengikuti kefleksibelitasan teknologi.

Namun satu yang harus digarisbawahi bahwa sampai kapanpun manusia tidak bisa digantikan dengan teknologi. Teknologi adalah sebuah alat untuk mempercepat pertumbuhan aktivitas belaka.

Menurut RRI (Radio Republik Indonesia) yang dilansir pada databook.katadata.co.id pada tahun 2024, Indonesia memiliki total pengguna sebanyak 191 juta (73,7% dari Populasi). Platform media sosial terpopuler pada peringkat pertama ditempati oleh Youtube sekitar 139 juta pengguna (53,8% dari populasi), disusul oleh Instagram 122 juta pengguna (47,3% dari populasi), Facebook 118 juta pengguna (45,9% dari populasi), WhatsApp sekitar 116 juta pengguna (45,2% dari populasi), dan tiktok 89 juta pengguna (34,7 % dari populasi).

Wuah, ternyata sungguh banyak juga ya pengguna sosial media ya sobi. Data ini bisa menjadi pertimbangan di mana kita inginnya berkarya. Namun yang namanya juga jangkau semua platform sosial media juga boleh dicoba ini. Intinya hanya satunya, sajian kontennya seperti apa.

Perkembangan Instagram Saat Ini

Terkait dengan perkembangan Instagram, justru pengunjung story itu rasanya sedikit banget dan malahan orang lebih banyak main ke reels. Sehingga konten reels menjadi sebuah hal tersendiri dalam menarik perhatian pengguna. Tidak hanya di youtube (reels  versi short, dan facebook). Kelebihan Instagram adalah fitur postingan yang semakin hari semakin berkualitas.

Ada lagi berita yang bikin nyesek para Social Media Spesialist, ketika ia menemukan sebuah berita terkait dengan ukuran postingan. Otomatis postingan yang sudah didesain kian cantiknya bagaimana malah menjadi berantakan tak menentu. Bagi orang yang emang modelannya terima-terima saja enggak apa-apa sih. Namun bagi yang modelannya ingin kesempurnaan auto merapikannya.

Tidak akan kehilangan followers

Terkait dengan followers ini saya jadi teringat deh dengan diskusi asyik bersama DCE (Digital Creative Enterpreneur) kemarin bahwasannya kita itu harus memberikan sesuatu yang bermanfaat bagi pengikut. Nah, konsepnya adalah postingan kita di Instagram tahun 2025 bakalan ngelempar postingan yang relevan untuk bukan pengikut sehingga tidak menghilangkan pengikut sebelumnya.

Maksudnya kalau kita ngepost kuliner akan dilempar postingannya kepada yang suka dengan kuliner. Meskipun nice kita sebenarnya suka buku. Kalau di saya sih iyes, dibandingkan banyak akun, tapi enggak beres. Mendingan satu akun doang, tapi beres dan orang percaya pada kita.

Untungnya teman-teman saya merupakan konten kreator yang hijrah dari tulisan di caption hingga membuat slide informatif di Instagram. Padahal kalau dibilang mereka itu lebih suka menulis caption dibandingkan dengan menyajikan infografis yang tidak bisa dilakukan ketika kedip langsung jadi. Sampai saat ini kalau bilangnya sih, “tidak mudah membalikkan telapak tangan.”

Mengapa harus pindah ke Literasi Digital?

Saya percaya bahwa literasi tidak hanya dengan buku. Sayangnya enggak semua orang suka baca buku, tapi kalau baca chat mau nggak mau ya kan. Apalagi kepoin status orang bikin apa ya hari ini? Semangatannya apa ya untuk hari ini? Literasi itu pada dasarnya ingin memberikan sebuah penekanan bahwa ini loh sebenarnya maksud yang disampaikan itu.

Menurut UNESCO yang dilangsir oleh jurnal basic Edu (dalam Purwati, 2017) Literasi adalah wujud dari keterampilan yang secara nyata, secara fisiknya dalah keterampilan kognitif dari membaca serta menulis. Terlepas dari membaca serta menulis, yang terlepas dari konteksnya di mana keterampilan itu diperoleh dari siapa serta siapapun cara memperolehnya.  

Gimana, radar ribet ya konsepnya? Intinya Literasi itu ketika pesannya sampai di kita begini loh. Terkait mengerti atau tidaknya. Era digital inilah yang membuat tadinya secara manual menuliskan dalam buku dengan tangan menjadi digital.

Personal Branding itu Penting

Kalau kita suka masak, maka postinglah hal-hal yang berkaitan dengan kuliner. Begitulah kalau kita sukanya baca, postingan tentang buku dan hal-hal yang berkaitan dengan itu. Pada dasarnya kita ini terhubung satu sama lain. Enggak mungkin juga terus-terusan baca buku doang kan, pastilah ada kegiatan yang menghubungkan dengan produk lain.

Bagi saya personal branding itu bukan hanya sekedar mau gaya-gayaan atau flexing tentang pencapaian. Melainkan sebagai media untuk menemukan teman lain yang sefrekuensi. Mungkin memang belum sekarang kita menemukan teman yang sefrekuensi itu. Barangkali nanti dan ketika sudah berkumpul yang selingkaran. Motivasi untuk mempertahankan dan memperbaruhi diri menjadi lebih baik lagi akan terjaga.

Quotesnya gini sih, “Kalau mau jalan cepat jalan aja sendirian. Kalau mau perjalananya lama, maka carilah teman seperjalanan.” Meskipun melalui media sosial sekalipun.

Literasi Digital Masa Kini
Gambar 2. Quotes relevan di Perjalanan Hidup

Komunitas Emak Blogger #KEBerpihakan pada Literasi Digital

Kalau sudah berhubungan dengan Blogger, maka mau tak mau sudah pasti mereka melek literasi. Sebab menulis artikel itu dibutuhkan banyak data dan lebih kompleks dibandingkan hanya sekedar menulis cerita pendek. Paling tidak menguasai cara menulis dan desain tipi-tipis sudah menjadi nilai lebih untuk blogger itu sendiri.

Saya jadi teringat waktu pertama kali belajar menulis di blog. Semangat belajarnya sungguh jor-joran. Walaupun belum banyak temannya. Sampai akhirnya ketemu orang-orang yang sefrekuensi itu senangnya bukan min. Kebetulan pada kesempatan kali ini KEB (Kumpulan Emak Blogger) menuju ke tahun ke-13 nih sobat. 18 Januari 2012-18 Januari 2025. Itu berarti sudah banyak member yang terhubung ke KEB. Sejak awal berdiri KEB telah menjadi ruang hangat bagi Emak-Emak kreatif untuk bertumbuh dan berbagi cerita. Cocok banget deh dengan cita-cita saya saat ini. Kalau dibilang kamu inginnya apa? Saya ingin sekali bisa menjadi Ibu Rumah Tangga yang banyak karya. Yah, walaupun sampai saat ini belum menikah juga enggak apa-apa ya. Kepribadian keibuan itu perlu dipupuk dari sekarang. Supaya sewaktu praktiknya enggak kelimpungan.

Ruang digital bukan hanya sekedar tempat berbicara atau menyampaikan gagasan, tetapi tentang #KEBerpihakan bagian mana yang harus diperjuangkan. Misalnya memperjuangkan Al-Aqsa melalui tulisan yang menggugah semangat perjuangan.

Kompetitor AI bagi Blogger

Lagi-lagi kita mampirnya ke AI. Saat ini AI sudah semakin banyak berkembang. Walaupun begitu, bagi saya AI hanyalah sebagai bocoran untuk ide yang mudah buntu di tengah jalan. Sampai pada titiknya, blogger yang sesungguhnya itu tidak bisa digantikan oleh AI. Sebab ada human interest atau pengalaman pengguna di sana. Sehingga lebih meyakinkan kita untuk menelisik dan mencoba hal yang baru.

Teman-teman yang lain sempat cerita bagaimana AI ini membantu dalam proses pengerjaan tulisan, tapi ya tetap saja butuh revisi berkali-kali untuk mencapai tulisan utuh sesuai dengan isi hati. Sementara bagi saya, kreativitas manusia sebenarnya lebih kece lagi ketika diasah terus-menerus. Bukan hanya mengejar kuantitas belaka, tapi juga kualitas. Sehingga mikirnya begini, “saya tuh enggak suka dimanjai orangnya. Suka banget bisa mempertanggung jawabkan apa yang sudah dibuat.”

Kesimpulan

Judulnya ada kata migrasi, tapi justru isinya tidak mencerminkan migrasi. Namun lebih mengarah kepada mengajak, “yuks kita maksimalkan literasi digital” untuk menyampaikan aspirasi kita kepada orang lain. Setidaknya menjadi teladan bahwa media sosial bukan hanya untuk kepentingan hiburan semata, tapi juga belajar banyak hal.

Kelilingilah pula diri dengan apa yang ingin kita mau jadi seperti apa. Sebab algoritma media sosial akan selalu mempelajari kita itu interest (tertariknya) di mana. Sehingga postingan yang relevan dengan kemauan kita pasti akan disajikan kepada kita.

Previous
Next Post »