Review Buku Suamimu Bukan Muhammad Istrimu Bukan Khadijah

Review Buku Suamimu Bukan Muhammad Istrimu Bukan Khadijah
Gambar 1. Cover Depan Buku Suamimu Bukan Muhammad Istrimu Bukan Khadijah

Manusia boleh berharap, tapi prosesnya ya tetap harus dijalankan.

Jadi, kemunculan lomba menulis yang diadakan oleh KBM App ini menurut saya sudah membuat saya tuh senang banget dan kayak ada sebuah dugaan bahwa nanti bakalan begini-begini tuh. Novel yang berjudul Seindah Khadijah itu kayaknya bakalan oke banget ketika dituliskan. Apalagi setelah ada sebuah hilal kayaknya Allah Swt mendukung banget dengan apa yang saya tuliskan seperti kehadiran buku ini.

Awalnya saya hanya coba-coba saja. Bukan iseng ya, kalau istilah iseng itu mah hanya untuk orang-orang yang enggak ada kerjaan sajanya. Saya mengikuti alur giveway seperti biasa dengan menyebutkan tiga teman saya yang berpotensi akan mengikutinya dan menjawab sebuah pertanyaan.
“Sebaik-baiknya perhiasan dunia adalah … “

“Wanita Shaleha.”

Qadarullah, saya mendapatkan buku tersebut dan ternyata yang memberikannya sangat baik sekali. Ia mengonfirmasi pada prosesnya. Padahal saya orangnya saat ini berusaha untuk melupakan saja apa yang telah saya lakukan. Bahkan hal pemberian sekalipun. Kalau ada Alhamdulillah, kalau tidak ada juga tidak menjadi masalah.

Ada hal yang membuat saya terharu. Ketika orang-orang di rumah membaca buku yang sengaja saya letakkan di ruangan tengah. Masyaa Allah, tabarakallah. Kita tidak pernah tahu langkah mana yang membuat orang lain tergerak hatinya. 

Identitas Buku

Judul Buku          : Suamimu BukanMuhammad Istrimu Bukan Khadijah

Penulis                 : Muhammad Yasir

Penerbit               : Pustakan Al-Kautsar

Jumlah Halaman : 214

Tahun Terbit        : November 2020 (Cetakan Ketiga)

Cover                   : Hard

ISBN                    : 978-979-592-903-1

Review Buku

Kalimat pembuka di awali dengan surah At-Tahrim ayat 6, “Wahai orang-orang beriman, perihalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, keras dan tidak mendurhakai perintah Allah dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan.”

Bagi saya, buku ini adalah rekomendasi buku yang dibaca ulang ketika berumah tangga. Sebab sejatinya kita memang harus sering-sering diingatkan. Meskipun dalam buku ini tidaklah menyuruh kita untuk ini itu. Melainkan memberikan keteladanan bahwa di yang baik itu seperti ini.

Pada dasarnya buku ini terbagi menjadi tiga pembagian pembahasan. Pertama pesan perbaikan untuk suami, kedua pesan perbaikan untuk istri, dan yang ketiga adalah pesan perbaikan untuk suami dan istri. Pemilihan runutan inilah yang sebenarnya menjadi pondasi kuat di dalam keluarga ketika suami terlebih dahulu yang memulai perbaikan dibandingkan istri.

Buku ini berisikan tentang kisah-kisah teladan di dalam sebuah keluarga, disajikan dengan dalil, dan diberikan kesimpulan pesan yang bisa diambil dari kisah tersebut. Ada satu yang membekas dalam ingatan saya, yaitu kisah tentang istri Abu Thalha.

Waktu itu Abu Thalha baru saja pulang dari mencari nafkah dan ia tidak tahu bahwa anaknya telah tiada. Saat pulang ia berkata, “Apa yang dilakukan putraku?”

Istrinya tidak berkata apa-apa justru menyambut kepulangannya dengan melayani sebaik mungkin, berdandan yang cantik, menyuguhkan makanan yang enak, dan melaksanakan kewajibannya. Setelah Abu Thalha kenyang, Ummu Sulaim (istri Abu Thalha) berkata, “Wahai Abu Thalhah, bagaimana pendapatmu seandainya ada sekelompok orang meminjam barang pada suatu kelaurga lalu suatu saat mereka meminta kembali pinjaman itu, apakah keluarga itu berhak menolaknya?”

“Tidak,” jawab Abu Thalha,

Ummu Sulaim berkata, “Kalau begitu, relakan putramu. Anak kesayanganmu begitu tenang.”

Abu Thalha pun bersedih mendengarnya dan mengadukan hal ini kepada baginda Nabi Muhammad Saw. Baginda pun mendoakan kebaikan untuk keluarga mereka dan beberapa tahun setelahnya mereka telah dikarunia Sembilan anak laki-laki yang semuanya sudah menghafal Al-Quran.

Masyaa Alllah, kisah ini sungguh sangat menginspirasi bagi kaum hawa untuk bersikap tenang atas ketetapan yang terjadi. Buah kesabaran itu sungguh manis sekali. Ada banyak kisah-kisah lainnya yang bisa kita teladani dari buku ini.

Kelebihan Buku

Pemilihan warna kertasnya membuat teduh dirasa diri memandang. Putih dan hijau adalah sebuah penggabungan yang sangat bermakna. Ukuran tulisannya membuat buku ini menjadi nyaman di pandangan mata. Cocok sekali dibaca untuk kalangan dewasa meskipun usia pernikahannya telah berpuluh-puluh tahun tanpa harus menggunakan kacamata saat membacanya.

Selain itu, buku ini sangat cocok dijadikan sebagai kado pernikahan. Bagi yang ingin membeli bukunya bisa melalui Tokopedia dari link buku Suamimu Bukan Muhammad Istrimu Bukan Khadijah

 

Previous
Next Post »