Pengalaman Workshop Batik Tulis di JShibori Binjai

Pengalaman Workshop Batik Tulis di JShibori Binjai
Gambar 1. Pengalaman Workshop Batik Tulis di JShibori Binjai

Kamis, 30 Januari 2025 kami belajar batik tulis di JShibori. Pengalaman berharga yang tak terlupakan dan merupakan sebuah tempat pengembangan diri supaya lebih berani lagi menapaki dunia perbatikan.

Salah satu warisan budaya Indonesia yang terkenal adalah batik. Sebagai etnis Jawa yang lahir di Sumatera. Logat terkadang mengikuti tempat tinggal dan perasaan acap kali senang jantung setiap hari. Namun ini bukanlah yang demikan. Modernisasi membuat kita selalu bangga apabila mengikuti tren kekinian. Sehingga warisan budaya tanpa disadari terlupa dari bagian diri kita.

Batik dikenal dengan coraknya yang begitu indah dan dikenal mahal. Ternyata batik selama ini memiliki ciri khas di daerah masing-masing. Tidak hanya di pulau Jawa belaka. Namun di pulau Sumatera ada batik yang terkenal disebut lebah bergantung.

Atas izin Allah Swt saya berhasil mengikuti Workshop yang diadakan oleh JShibori. Jauhnya rumah saya dengan tempat tinggal beliau pun tidak menjadikan patah arang. Musafir ilmi seperti saya ini menjadikan setiap perjalanannya menjadi berkah dan berkesan. Bertemu dengan orang-orang pilihan, begitulah adanya.

Batik Bukan Hanya Sekedar Hasil Belaka

Bagi saya, cara membatik sama seperti cara memasak. Kita butuh kesabaran dan kepekaan untuk membuat hasilnya begitu sangat indah. Goresannya memiliki seribu makna bahwa untuk mendapatkan sesuatu yang indah dibutuhkan namanya kesabaran. Bahkan yang namanya ekstra kesabaran akan mencerminkan hasil yang begitu indah.

Belajar Mandiri yang Akhirnya Berkolaborasi

Saya sungguh tidak tahu apa yang sebenarnya sedang Allah Swt siapkan untuk saya. Namun bertemu teman-teman yang lain dan bersinggungan profesi membuat saya melihat beragam keindahan. Ada si paling penyabar walaupun berlawanan jenis. Masyaa Allah, baru kali ini saya melihat orang yang tertarik dengan seni lukis, tapi kesabarannya seolah seluas samudera.

Kejab, saya berpikir terlebih dahulu. Apakah benar orang yang tertarik dengan seni adalah orang yang penyabar? Sama seperti ayah saya yang katanya terkenal penyabar. Namanya Pak Dana, logatnya lembut dan sabar. Ah, saya tak bertanya pula ia suku apa. Berbeda dengan saya bawaanya tak sabar kalau berbicara. Jauh dari kata lemah lembut. Padahal hal itulah yang harusnya saya praktikkan di dalam rumah. Bukannya mode serampang dua belas.

Pertama kali menulis dari atas kanvas tidak membuat saya berani. Kalau di kertas saya sangat berani, apalagi kalau ada penghapusnya. Sayangnya di sana tidak ada penghapus hingga membuat saya membuat jiplakan saja. Alih-alih mengimajinasikan ini mau membuat model apa ya. Namun ketika ada ruang kosong, saya meminta bantuan kepada Pak Dana membuat skesta tambahan di atas kain saya. Wow, dia ternyata mampu mengisi ruang kosong.

Ada Ibu Aisyah yang pantang menyerah. Usianya yang telah lanjut tidak pula membuatnya berpatah arang dalam belajar. Meskipun baru belajar, Ibu Aisyah akhirnya bisa menyelesaikannya hingga akhir. Walaupun di pertengahan beliau sempat mengatakan, “kayaknya nanti aja deh di rumah dilanjutin lagi.”

Proses Mencanting
Gambar 2. Proses Mencanting

Ada Kak Gita, Ibu penyabar nan lembut dengan anaknya. Kak Gita memilih mode yang kecil dengan goresan titik-titik. Meskipun ia sempat ketinggalan teknik mencantingnya, tapi tak menyurutkan konsentrasinya dalam mencanting. Sementara kami sudah pada mewarnai nih. Tutur katanya pada anaknya sangatlah lembut. Masyaa Allah, ini sungguh sangat menginspirasi saya sekali untuk tidak marah-marah pada anak kecil yang sekitaran usia tujuh tahunan.

Jiwa Seni Potensi Diri

Semenjak usia dua belas tahun saya memang sering membuat sketsa anak-anak. Waktu itu saya menyukai kartun. Sementara kalau libur saya memasang target untuk membuat satu gambar. Ah, barangkali bisa saya jelaskan di segmen selanjutnya tentang potensi bakat mana yang dulu pernah ada, tapi tak lanjut. Sekali lagi, bersamaan dengan mereka membuat keinginan saya dalam mendalami potensi diri. Yah, hasilnya juga enggak jelek-jelek amat untuk tingkatan pemula.

Didampingi Coach Kak Akbari dan Kak Dina

Saya suka dengan kedua coach ini. Kak Akbari (adik Kak Dina) memperkenalkan dengan sabar bahwa teknik mencanting ini begini loh dan diperkenalkan pula ada corak-coraknya. Sehingga saya memiliki kesimpulan bahwa di setiap daerah memiliki ciri khas masing-masing. Mereka juga memperkenalkan siapa gurunya yang mengajari mereka, yaitu Ibu Evi. Wuah, jadi penasaran nih orangnya yang mana. Katanya, beliau hanya melihat saja tahu ini itu yang bagaimana ya.

“Katanya nih, belajar ngebatik tulis ini merupakan salah satu cara terapi untuk orang yang berada di rumah sakit Jiwa,” ucap kak Akbari dan saya sangat setuju sekali. Sebab selama proses pengerjaan membuat kita bisa berbicara pada diri sendiri dalam diam dan hati-hati dengan sentuhan kehangatan dari malam  yang bisa panas di tangan.

Kak Dina sosok tegas dan murah hati. Bayangin dong, beliau sempat berujar kepada kami. “Kalau teknik mewarnai itu sendiri-sendiri ya.” Nah itu, beliau mendorong kami untuk berusaha percaya diri dengan karya yang kami punya. Sebagai sosok yang bolak-balik selalu gagal. Maka saya pun memberikan sugesti pada diri, “enggak apa-apa loh kalau nggak bagus. Biasanya yang pertama juga selalu dimaafkan.”

Proses mewarnai dengan remasol
Gambar 3. Proses mewarnai dengan remasol

Kak Dina memiliki prinsip sosok coach yang emang benar-benar menjaga kualitas. “Saya sebelum buat kelas, belajar dulu setahun enggak main langsung mengajarkan orang begitu saja. Enggak seperti yang lain mungkin ada yang baru belajar sekali dua kali langsung buat kelas.” Wuah mantap betul nih dengan prinsipnya Kak Dina yang mengajarkan saya bahwa ilmu diajarkan pada orang lain spesial ini loh mempersiapkannya. Pengalaman pastilah membuat kita akan menemukan berbagai masalah, hingga mudah mengatasinya bagaimana. Mulai dari pertama kali belajar hingga menemukan sosok yang seperti ini.

Makan Siang Ayam Penyet

Harga kelas di sini bagi saya terjangkau. Yap, enggak sampai 100 ribuan bagi saya sudah sangat menyenangkan sekali. Pada kelas ini disediakan pula makan siang ayam penyet yang seharga 15 ribuan. Rasanya maknyus mantul (mantap betul) nasi kuning lagi. Gara-gara makan di sini, saya sedang mikir ini nanti di rumah saya mau buat nasi kuning. Kayaknya keren nambah ilmu pengetahuan dan pengalaman. Kan ingin menjadi sosok yang serba bisa mau di mana pun kondisinya. Enggak diragukan lagi pelayanan dari segi makanan masyaa Allah top cer deh.

Gambar 4. Pengeringan Warna
Gambar 4. Pengeringan Warna

Tutorial Ngebatik

Alat dan Bahan

1. Kain Prima atau kain Mori (Lebih bagus kain prima) Jahit pinggir bila ingin membuat sapu tangan.

2. Malam (Lilin Batik dalam bentuk bongkahan)

3. Kompor induksi (kompor biasa juga bisa yang penting panas)

4. Canting

5. Water Glass (Pengunci Warna)

6. Pewarna remasol

7. Air untuk merebus dan air dingin

8. Kompor

Cara Membuat

1. Buatlah sketsa dengan pensil di atas kain prima. Boleh pakai cetakan, boleh pakai gambar sendiri, bebas sesuai dengan keinginan.

2. Cantingkan sketsa (sebab nanti sketsa menjadi warna putih) dengan malam. Tarik garisnya hanya sekali, kemudian timbal balik mencantingnya. Hal ini dilakukan supaya menutupi garis batik yang sudah dibuat.

3. Gunakan pewarna campuran water glass perbandingan 1:1. Misalnya 500 gram water glass dengan 500 ml air. Beli toko kimia ada.

4. Berikan warna basic remasol (hitam, merah, kuning, biru)

5. Remasolnya merupakan pelarut water glass. Jadi, jika warnanya terlalu pekat bisa tambahkan air water glass tadi (si pengunci warna) untuk mendapatkan warna yang lebih muda.

6. Kemudian keringkan dulu kainnya di bawah sinar  Matahari. Bisa didiamkan dulu semalaman, tapi kalau media sapu tangan bentar saja sudah oke nih. Asalkan kering bisa langsung dieksekusi.

7. Setelah kering, celupkan ke dalam air yang mendidih untuk melelehkan Malam (lilin Ngebatik) dan segera celupkan ke air dingin supaya lilinnya cepat merotol kemudian cuci bersih di air mengalir.

8. Setelah terbentuk corak indah, keringkan dan kain batik tulis siap digunakan.

Gambar 5. Peluruhan Malam
Gambar 5. Peluruhan Malam

HYB Kelas JShibori

Lalu bagaimana jika teman-teman yang lainnya ingin belajar ngebatik. Bagi saya yang tipe suka gerak (kinestetik) ini akan lebih mengerti lagi ketika sudah dipraktekkan bersama. Nah, Kak Dina membuka kelas nih. Beliau bersedia dipanggil apabila ada siswanya minimal 20 orang. Alat dan Bahan semuanya dari beliau. Kita tinggal menyediakan orangnya saja yang ingin dilatih dan biaya pendaftarannya nih untuk mengganti alat dan bahan, serta persiapan apa saja yang diperlukan. Kalau bagi saya 65k di zaman yang sekarang ini sangat terjangkau sekali.

Oh, iya. Katanya setiap sebulan sekali insyaa Allah akan dirutinkan membuat kelas nih. Ilmu beliau bukan hanya sekedar ngebatik doang loh, tapi ada yang lainnya. Seperti pembuatan sabun mandi dan lip balm, ekoprint, dan masih banyak lagi. Terus pantengin deh media sosialnya beliau ini. Tentunya sangat bermanfaat sekali bagi kehidupan.

Gambar 6. Foto Bersama Peserta Ngebatik
Gambar 6. Foto Bersama Peserta Ngebatik

Bonus Setitik Emas Murni 24 karat serga 24k

Kak Dina menyampaikan bahwa khusus untuk yang belajar batik tulis akan diberikan setitik emas nih dari beliau. Qadarullah bukan hanya emas dan sapu tangan saja yang bisa dibawa pulang. Kak Dina kebetulan ada rezeki memberikan kami mentimun. Masyaa Allah, sungguh murah hati sekali kak Dina yang sudah memberikan ilmunya dan pelayanan terbaiknya.

 

 

Latest
Previous
Next Post »