Review Buku Ngomongin Uang Menjadi Kaya Versi Kamu Sendiri

Cover depan Ngomongin Uang Menjadi Kaya Versi Kamu Sendiri
Gambar 1. Cover depan Ngomongin Uang Menjadi Kaya Versi Kamu Sendiri

Masalah keuangan adalah masalah yang remedial mulu bagi saya. Nah, gimana itu konsepnya atu?

Begini Wir, bukannya saya tidak pandai memegang uang, tapi suka lupa sama uang saking minimnya bertransaksi. Saya bakalan ingat di manakah buku yang baru saya baca hari ini dibandingkan uang yang baru saja ibu berikan 10 menit yang lalu. Asli bablas saya lupa, seperti orang linglung kecarian di manalah itu uang. Semoga jodoh saya yang lihat duit matanya auto hijau gitu sat set set simpan, tapi enggak medit.

Punya dompet pun isinya bukan uang, melainkan kartu doang. Karena memang saya enggak suka saja menganggap dompet saya sebagai benda berharga yang ketika dipegang akan menimbulkan rasa was-was. Dulu mah sering begitu, silap sikit lembaran berkurang sampai akhirnya kebiasaan untuk mengosongkan dompet ditambah lagi dengan rajinnya saya berpuasa sehingga selera untuk belanja ini itu sudah enggak lagi. Kadang-kadang suka mikir, perasaan saya enggak punya duit kok malah punya ya. Enggak punya duit bingung, punya duit lebih bingung lagi.

Oke, fix. Banyak orang yang bertanya gimana resepnya menjadi saya yang tidak banyak keinginan apalagi berselera beli ini itu. Bahkan cemilan sekalipun hanya air putih doang. Seharusnya saya kaya sih, tapi ternyata enggak juga. Eh, malah curcolnya kebablasan. Lanjut ke pembahasan berikutnya.

Identitas

Judul Buku           : Ngomongin Uang Menjadi Kaya Versi Kamu Sendiri

Penulis                 : Glenn Ardi

Ilustrasi                : Ariawan

Jumlah Halaman  : 244

Penerbit               : Kompas

ISBN                   : 978-623-160-620-4

Tahun Terbit        : Cetakan ke-2 Juli 2024

Kategori             : Self Improvement

Review Buku 

Cara membahas uang yang renyah dan asyik itu mampir di buku ini. Penggunaan warna kuning, hitam, dan putih. Putihnya kertas kalau ini mah ternyata membuat buku ini asyik untuk ditelaah. Gaya bahasanya umum sehingga kita yang orang biasa mampu mencerna isi buku. Tahu-tahu sudah berada di lembaran tengah saja.

Hal yang bisa saya dapat dari buku ini adalah cara memandang uang itu versi diri sendiri. Jawabannya adalah enggak perlu punya asset ini itu. Cukup dengan cukup aja, ingin jalan ke sana ada saja jalannya. Ingin beli itu kesampaian. Namanya juga kaya banyak orang yang nyangka ia harus punya rumah menetap di suatu titik. Namun ada juga yang kaya itu bisa jalan-jalan ke luar negeri dan terserah mau tinggal di mana saja secara nomaden.

Ada sebuah cerita tentang orang miskin yang tiba-tiba kaya karena memenangkan lotere. Tiga bulan kemudian ia sangat menyesal karena memenangkannya sebab ia harus bercerai dengan istrinya pekara uang itu. Ada juga orang kaya yang ketika meninggal dunia tidak mewariskan banyak harta kekayaan, justru uang yang telah ia kumpulkan sekian lama di donasikan kepada yatim piatu dan orang-orang membutuhkan.

Sejak saat itu saya menarik kesimpulan bahwa yang sulit itu bukan mendapatkan atau menghabiskan uang, melainkan bagaimana cara mengelolah keuangan.

Jika kita buta banget pasal saham, obligasi, dan sejenisnya. Buku ini seperti memberikan penggambaran untuk kita, sehingga ya bisa mengerti gimana konsepnya. Walaupun sebenarnya jika kita ingin memahami lebih lanjut juga butuh membaca topik yang sejenisnya sampai benar-benar paham. 

**

Curcol

Saya mengetahui buku ini bersebab adanya challenge baca sih waktu itu dan kayaknya lumayan banyak sih yang ditawarkan untuk hadiahnya. Yah, yang namanya banyak imingannya, pesertanya pasti banyak. Namun saya enggak menyesal sama sekali memang karena kebetulan butuh juga untuk memahami konsep keuangan yang selalu remedial dan sulit sekali ditaklukkan secara praktiknya.

Sejak saat itu saya sangat senang sekali ketika berhasil membeli buku, tapi ujung-ujungnya juga dari mana saja sih yang penting mah halal sumbernya dan juga enggak dari yang macam-macam.

Oh, iya. Sebagai informasi bahwa akun Instagram yang mempromosikan buku ini ternyata sangat informatif dan terbilang cepat. Orang-orang belum membahas ini itu, ia sudah duluan membahasnya dan diajakin untuk berpikir bareng malah. Seperti kehadiran Gimana sih caranya mendaftar menjadi Petani Milenial? Kemudian kasus pembuangan susu basi yang nggak bisa diolah ke sungai sehingga terkesan sangat mubazir disebabkan pabrikan sudah impor dari luar negeri alih-alih mengambil dari wilayah lokal.

Setidaknya, saya memahami bahwasannya kita itu sama sekali tidak kekurangan sumber daya alam, tetapi sumber daya manusia. Yuks tingkatkan semangat kita untuk meningkatkan kemampuan kita dalam bertahan hidup.

 

 

 

Previous
Next Post »

9 comments

  1. Baca kilas riview bukunya kok jadi teringat sama ungkapan yang sering mondar-mandir di zaman kuliah; 'Hidup pas-pasan aja'.

    Pas mau beli baju ada duit, pas mau jalan-jalan ke luar negri ada yang bayarin, pas mau bayar listrik ada yang transfer, pas mau beli mobil ada yang ngasih... Wkkk

    ReplyDelete
  2. Kalo kata orang sunda itu kaya sawang sinawang.. tiap kita sudut pandang sendiri soal uang yg kaya punya uang banyak tapi harus bolak balik rs karena sakitnya langka, ada yang uangnya pas-pasan ga punya tabungan tapi sakitnya mentok di masuk angin bisa sehat cuman dengan wedang jahe dan kerokan...
    Bener banget bukunya uang bukan tentang susah mencarinya tapi tentang mengelolanya yang butuh skill hehe

    ReplyDelete
  3. Versi saya banget nih menganut cukup dengan sekali kata cukup aja.

    Yang pasti serba pas. Pas ingin jalan ke sana ada saja jalannya. Ingin beli itu pas ada uangnya jadi kesampaian. Gak harus kaya, yang penting cukup

    ReplyDelete
  4. Menarik nih, kayaknya saya juga harus beli deh. Apalagi kayaknya ini memang berfokus di niche yang spesifik banget ya, cari cuan.

    ReplyDelete
  5. setiap orang punya cara mendefinisikan sendiri soal menjadi kaya. Bagi sebagian orang, kaya itu saat kita sudah tidak ada utang sama sekali. meski pada kenyataannya hidupnya pas-pasan. kita tidak perlu puyeng buat bayar utang. Buku ngomongin uang menjadi kaya ini keren deh kayaknya.

    ReplyDelete
  6. Kita butuh uang (untuk bayar listrik, makan, kuota internet dll)
    Tapi sekarang, sesudah anak-anak dewasa, kebutuhan selain itu hanya sekadar keinginan
    Gak lagi pingin jor-joran beli baju (lha untuk ke mana)
    jadi buku Ngomongin Uang ini kayanya relate untuk lintas generasi

    ReplyDelete
  7. Hal yang menjadi kaya versi diri sendiri itu tergantung dari sudut pandang masing-masing. Mungkin jadi menurut A si B gak kaya, tapi menurut B sendiri dia sudah kaya karena hal² yang dia inginkan terpenuhi.

    ReplyDelete
  8. Kalau bicara soal kebutuhan setiap orang pasti beda2, tergantung niatnya kemana tapi kalau sudah berumah tangga punya anak, pasti ada tujuan ingin anak2 nya sukses dan mengeyam pendidikan yg baik, untuk perlu kaya, semoga kita bisa mencetak
    generasi yg meningkatkan kemampuan dalam bertahan hidup.

    ReplyDelete
  9. Huhuhu.. kok bener banget yaa.. refleksi mengenai uang ini.
    Seringkali karena uang, sebuah hubungan menjadi retak dan bahkan tercerai berai. Ternyata penyebabnya adalah cara mengelolanya yaa..
    Suka banget sama insight-nya yang gak berlebihan spoil isi buku, namun cukup menggambarkan dari pov yang dirasakan penulis.

    ReplyDelete