Sebuah buku yang berdesain merah putih itu tergeletak di atas meja. Terlipat sedikit di ujung kanan atas. Aku mengamati sejenak, mengingat telah melahap lembaran tulisannya dalam satu hari. Hanya dalam rentang waktu tiga jam lamanya.
Seingatku, tak banyak daftar buku habis kubaca dalam sekejab. Lebih dari sepuluh menit biasanya aku tertidur, merasa lelah, dan masuk ke alam mimpi. Namun kali ini berbeda, rasanya seperti membaca novel dengan alur yang mengalir. Hingga tanpa terasa telah habis dibaca hingga halaman terakhir.
Waktu itu tepatnya hari Jumat. Aku ke kantor bersama dengan teman berencana mengisi rapor. Sementara anak-anak sudah pulang sekolah. Kak Dwi Ayu mengisi rapor dan Miranda menatap layar perseginya.
Aku melihat isi tas. Ada sebuah buku yang baru kemarin datang ke rumah. Kubuka perlahan plastik yang membungkusnya. Kemudian membuka lembaran awal. Ternyata sudah ada pembatas bukunya. “Wuah asyik dong,” ucapku kegirangan saat itu. Tidak perlu repot menandai dengan lipatan kecil di akhir bacaan. Tinggal meletakkannya di mana pun tulisan yang telah dibaca.
Identitas Buku
Judul Buku : Ngeblog dari Nol
Penulis : Widya Yulandari, dkk
Penerbit : Wonderland Publisher
Jumlah halaman : 181
Perjalanan ngeblog itu memang panjang ceritanya. Ia tidak bisa didapatkan hanya dalam satu malam menjadi blogger yang professional. Namun didapatkan dari hasil yang konsisten dan pantang menyerah. Begitulah yang disampaikan oleh Widya Yulandari yang sudah 12 tahun lamanya berkecimpung di dunia perbloggingan di halaman 90. Setiap orang menempuh jalur suksesnya sendiri. Tak ada yang terlalu cepat dan tak ada yang terlalu terlambat.
Buku ini seakan berbicara, mengabarkan dalam prakatanya bahwa, “pemula bisa Nge-Blog dengan sukses jika jalannya benar.” Ya, kita memang membutuhkan arah untuk berjalan dan menjadi blogger professional suatu hari nanti. Itulah yang saya tuliskan dan terpajang di dinding kamar tidur sebelum saya sakit. Berharap suatu hari nanti akan menjadi blogger profesional. Harapan itu, kini sudah saya ubah menjadi sebuah lembaran dan saya selipkan di buku catatan pribadi. Bukan lagi menemukannya ketika hendak berkaca, tetapi saat mengevaluasi diri.
Sambutan Para Penulis
Tiga prakarta awal sebelum memulai pelajaran ngeblog dari awal ini sungguh membuat saya termotivasi dalam menekuni dunia perblogingan. Seakan mereka bertiga mengatakan ‘ayo berjuang terus ngeblognya’ melalui rangkaian prakata masing-masing. Ketiga penulis itu tampaknya apik membawakan perjalanan ngeblog dari nol hingga ke titik puncak artikel yang bagaimana sih memikat para juri.
Sajian Pembuka Bab
Begitupula dengan sajian awal dalam bab pembuka dimulai dengan Kenapa. Kenapa menulis blog? Maka jawabannya pun sederhana. Pertama ngeblog supaya bahagia atau merasa senang dan kedua ngeblog karena pekerjaan, yaitu mendapatkan uang dari hasil menulis. Bagi saya, keduanya baik. Kalau bisa keduanya kenapa enggak?
Setelah melalui serangkaian kenapa barulah pada bab selanjutnya seakan diajak bersama membuat blog dari awal. Ada yang dari Blogspot dan ada pula yang dari Wordpress. Kita bisa memilih mau memulainya dari mana dan dijelaskan juga kelebihan dan kekurangan masing-masing. Sehingga pembaca yang merupakan newbie ini bisa menimbang ulang hendak memilih yang mana.
Bab Paling Penting
Tak hanya sekadar memilih tempat untuk ngeblog, buku ini mengajak pembacanya untuk membangun konten. Termasuk memberi judul yang asyik hingga garnish. Ya, garnish adalah pelengkap postingan supaya konten yang kita buat menjadi lebih menarik dan membuat orang betah berlama-lama membaca blog. Sehingga blog itu ibarat rumah yang nantinya akan didatangi orang-orang penting, yaitu pembaca.
Penulis juga menyertakan sebuah tips ngeblog untuk pemula pada bab selanjutnya. Mulai dari mengundang pembaca pertama. Kemudian merawat konsistensi dengan visi, planning, keasyikan, hingga menyadari tahapan proses. Pada bab ini pulalah saya baru mengerti dengan sebuah buku kosong lainnya yang bertuliskan blog planner. Ya, ternyata asyiknya ngeblog ini bisa dirancang sejak awal. Bisa dengan mengacu kalender yang menandai hari-hari penting lainnya.
Seakan tak hanya berhenti di situ saja. Cerita inspirasi lainnya dari niche yang berbeda juga disajikan. Seakan begitu mengalir kisah para blogger prosesional lainnya yang mengajarkan bahwa blogger itu tidak sendirian. Ada banyak yang sedang berjuang belajar menjadi blogger profesional juga.
Buku ini memang layak dimiliki oleh siapa saja yang ingin menekuni dunia perbloggingan. Saya sangat senang bisa memilikinya. Kalau butuh motivasi dan buntu ide bisa membaca ulang tahapan yang tersemat di dalamnya. “Kalau mau terjun menjadi blogger professional, harus berani berkorban waktu, pikiran, tenaga, dan materi.” Itulah yang disampaikan Ihwan Hariyanto di halaman 114 yang memberikan sebuah alasan tentang kenapa ia beralih ke top level domain. Alamat yang terkesan sungguh-sungguh dalam perbloggingan.
Sajian Akhir Bab
Lantas bagaimana dengan tulisan yang memikat para juri? Jawabannya bisa dibaca dan ditelaah sendiri bagaimana mereka menyajikan konten tulisan yang mengalir dibaca. Seakan sang pembaca memang harus membaca hingga akhir karena sangking mengalirnya.
Meskipun buku ini agak terkesan mahal karena ukuran A5, tetapi sesuai dengan kualitas kertas putih yang digunakan enggak gampang buram. Hal yang lebih pentingnya lagi adalah ilmu di dunia bloggingnya sampai ke hati.
**
“Yeay … akhirnya selesai juga,” ucap kak Dwi merasa kegirangan setelah ia mengisi rapor yang terakhir.
Sementera aku hampir selesai membaca buku di detik-detik terakhir. “We … terima kasih ya, aku jadi habis menamatkan satu buku juga nih.”
Tak ada yang sia-sia bukan? Bersyukur, buku ini menjadi peneman paling serius dalam menunggu. Aku pun tidak perlu mengantuk saat membacanya.