Review Buku Rich Dad Poor Dad

Belajar dari Ayah Kaya dan Ayah Miskin

Review Buku Rich Dad Poor Dad

Tak pernah terpikirkan bahwa saya akan membaca buku ini secara fisik. Setelah beberapa bulan yang lalu saya melihat dan menyaksikan bahwa pembahasan buku ini sangat menarik oleh sobat pustaka yang ada di Kemenkeu.

Apakah memang sebagus itu, atau itu hanya perasaan mereka saja?

Maka ketika saya menemukan lebih dulu covernya di kantor sekolah sebelum melihat review bukunya. Hati saya tidaklah tergerak sama sekali. Barangkali isi bukunya biasa saja pada waktu itu.

Kini saya memahami bahwa Allah Swt memberikan jalan lain padaku untuk bertumbuh. Padahal waktu itu saya mendatangi sang pemilik buku hanya untuk pengalihan isu saking bingungnya ingin mengatakan apa.

Identitas

Judul Buku           : Rich Dad Poor Dad

Penulis                  : Robert T. Kiyosaki

Penerbit                 : Gramedia Pustaka Utama

Tahun Terbit          : Cetakan ke 61 : Juni 2021

Jumlah Halaman   : 241

ISBN                     : 978-602-03-3317-5

 

Kenapa saya baru membaca buku ini sekarang? Setelah melalui perjalanan gelap meniti yang namanya keuangan.

Belajar dari buku ini menanamkan mindset pada diri bahwa, "apa yang bisa saya lakukan untuk mendapatkannya?" bukannya menyerah karena gaji yang diterima setiap bulannya. Seperti yang diparodikan di media sosial bahwa kalau ingin menginginkan sesuatu makannya pakai krupuk saja sebulan. Big No, itu adalah pemikiran yang sangat ekstrim.

Padahal bagian awalnya saja itu digambarkan dengan pembahasan dua orang anak kecil yang diajarkan oleh Ayah Kaya tentang keuangan. Mereka disuruh untuk menciptakan uang. Maka dengan polosnya mereka melakukan eksperimen dengan membuat replika uang dengan tembaga perak. Saat Ayah Kaya mengetahui hal itu, ia malah tertawa dan mengatakan bahwa cara mereka memang benar. Namun itu illegal. Sehingga ia menyuruh mereka untuk mendatanginya ketika akhir pekan tiba di kantornya.

Belajar banyak hal, tentu itu harapan semua orang bukan ketika belajar. Sayangnya kedua anak itu justru sangat stress ketika harus menunggu lama Ayah Kaya menghampiri mereka dan mereka hanya menunggu saja di kantor tanpa ada penjelasan. Ternyata hal itu merupakan sebuah bentuk pelajaran dari Ayah Kaya supaya mereka menghargai dan mengetahui nilai waktu. Hingga pada akhirnya mereka setiap akhir pekan bekerja di sebuah perpustakaan, membaca semua buku yang ada, dan memiliki asset untuk kehidupan.

Apa yang membedakan antara Ayah Kaya dan Ayah Miskin?

Pada pelajaran 6 : Bekerja untuk Belajar-Jangan Bekerja untuk Uang adalah pekerjaan yang terjamin adalah segalanya bagi ayah saya yang terdidik. Belajar adalah segalanya bagi Ayah Kaya.

Itulah mengapa Ayah Kaya selalu menyukai belajar, meskipun status pendidikan mereka tidak tinggi.

Judul buku yang artinya Ayah Kaya Ayah Miskin mendeskripsikan sebuah pola asuh di antara kedua. Walaupun begitu, keduanya merupakan Ayah yang sukses.

Kenapa?

Sebab Ayah Kaya memiliki banyak finansial dengan membangun banyak aset.

Sementara Ayah Miskin memiliki banyak ilmu pengetahuan yang bisa dibagikan kepada orang banyak.

Setelah membaca buku ini, rasanya saya memang harus memilikinya suatu hari nanti supaya menyadarkan saya untuk tetap berjuang mencari solusi, alternatif lain untuk mencapai yang namanya freedom finansial.

Meskipun sejujurnya pembahasan buku ini terasa berat di saya, tapi buku ini memanglah terbaik daripada apa yang pernah saya baca. Motivasinya sungguh powerfull yang memberikan sebuah pengajaran bahwa dalam mendidik dalam diam sekalipun itu adalah sebuah pelajaran.

Kita semua adalah karyawan. Hal yang membedakan adalah tingkatannya saja. Penyebab utama kemiskinan atau masalah keuangan adalah ketakutan dan ketidaktahuan, bukan perekonomian, pemerintah, atau orang kaya. (Halaman 39) Itulah mengapa kita menemukan fakta di lapangan ada orang yang memenangkan lotre justru tak berapa lama setelahnya ia masih dalam keadaan miskin. Sekali lagi, ini bukan tentang berapa banyak yang datang di kita, tapi bagaimana kita menyikapi keuangan itu. Sehingga kita mampu mengendalikan uang tersebut, bukan uang yang mengendalikan kita.


What Should I do?

1. Berhentilah melakukan apa yang tidak berhasil dan carilah hal yang baru.

2. Carilah gagasan baru

3. Temukan seseorang yang sudah melakukan apa yang ingin Anda lakukan.

4. Ikut kursus, baca, dan hadiri seminar.

5. Buatlah banyak penawaran

6. Menemukan tawaran yang bagus

7. Joging, berjalan, atau berkendaralah di wilayah tertentu sebulan sekali selama sepuluh menit (Ini untuk riset bisnis properti.

8. Carilah harga murah di semua pasar. Konsumen akan selalu miskin.

9. Carilah di tempat yang tepat

10. Carilah orang yang ingin membeli lebih dulu.

11. Berpikir besar

12. Belajar dari sejarah

13. Tindakan selalu mengalahkan ketiadaan tindakan

 

Untuk berkembang menjadi manusia seutuhnya, kita memerlukan pendidikan mental, fisik, emosional, dan spiritual. (Halaman 221)

 

 

 

Menjadi Writerpreneur Bersama KBM APP (Part 1)

Menjadi Writerpreneur Bersama KBM APP (Part 1)

Ada yang tahu nggak KBM App itu apa? Tahu nggak bentuknya seperti apa?

Salah satu start up teknologi di bidang kepenulisan ini justru saat ini mengalami Fase Masyaa Allah, Tabarakallah, alhamdulillahirrabbil alamiin. Istilah bekennya adalah naik daun.

Begitulah rasa yang terhinggap dalam diri saya menyaksikan kisah sukses banyak orang sebagai penulis KBM App. Meskipun pagi ini sebelum saya menulis ini, Ibu saya masih terus berkata kepada saya.

“Ngapain sih Ni kamu nulis?” Bahkan setelah tadi malam ia memberikan sebuah informasi dalam diri saya kalau orang yang selalu duduk saja akan mendapatkan batu ginjal. Lantas secara tak menyadari bahwa saya sedang membela diri, saya justru memberi tahu kalau obatnya adalah banyakin air putih, setelah itu sering membersihkan rumah. Kan jalan-jalan juga.

Saya mengikuti KBM App jauh sebelum namanya melintang di dunia kepenulisan. Waktu itu masih ada nama Al-Fatihnya (kalau tidak salah) di mana mereka memberikan koin emas gratis untuk akun pengguna baru. Kalau sekarang sudah tidak lagi. Walaupun sudah mengganti nama sebagai KBM App, alhamdulillahnya saya masih bisa menggunakan koin emas tersebut untuk membuka kunci bab berbayar. Kalau tidak salah jumlah koin emas gratis yang saya miliki waktu itu berkisar 100.

Kejab, maksudnya gimana nih. Saya masih belum paham apa itu KBM App. Kenapa namanya enggak seperti yang lainnya?

KBM App sendiri adalah singkatan dari KBM (Komunitas Bisa Menulis) yang berlogo pena dengan perpaduan warna hijau putih. Saat ini saya menyadari kalau KBM App sangat sensitif dengan konten pornoliterasi dan sangat memegang teguh kalau menulis itu memberikan pencerahan. Sama seperti dengan motonya FLP.

Walaupun judul novel yang sangat laris di sana bertema Drama Rumah Tangga. Saya mencoba menahan diri untuk tetap stay bersama KBM App sampai sekarang ini. Meskipun tidak memberikan janji manis seperti platform lainnya.

Loh kenapa?

Karena sampai sejauh ini reputasi KBM App dalam finansial itu sangat transparan dan amanah. Tidak ada yang ditutup-tutupi. Kalau tulisannya laku ya laku, kalau enggak ya enggak. Itu datanya selalu saya terima setiap kapan mereka sempat mengirimkannya. Biasanya Pak Isa pagi dini hari menjapri saya dengan pesan broadcasting lengkap dengan data finansial bagi hasil para penulis hingga hari ini.

Maka begitu saya melihat angka yang tertulis pada peringkat teratas penulis yang bernama Bunga BTP mencapai kurang lebih sekitar dua ratus juta pada tanggal 1 Desember 2023. Masyaa Allah, tabarakallahu Fiik. Saya merasa sangat bahagia. Padahal saya tidak kecipratan apa-apa loh. Namun saya merasa sangat bahagia seolah-olah seperti apa yang dirasakan Mbak Bunga saat ini. Mungkin begitu kali ya, perasaan seorang mukmin selalu seperti mukmin lainnya. Apabila yang lainnya bahagia, kita juga turut merasakan kebahagiaan serupa. Begitu pula sebaliknya.

Perjalanan Penghasilan Para Penulis KBM App

Tepat tanggal 16 Januari 2021. Waktu masih jamannya Covid 19 pertama kali membludak di Indonesia. Saya sudah memiliki nomor pribadinya Pak Isa Alamsyah, yang merupakan CEO KBM App saat ini. Sebelumnya tidak metode japri, tapi secara via grup WhatsApp saja. Bahkan mereka waktu itu concern di Facebook. Sementara saya sudah tidak suka main di Facebook lagi. Jadi, kalau ada pun jarang sekali saya buka.

Meskipun begitu, saya sangat bersyukur kalau Pak Isa selalu mengirimkan pesan broadcasting kepada saya dengan tujuan memotivasi para penulis. Masyaa Allah, saya begitu tersentuh ketika pesan pertamanya berjudul Konsisten Membawa Momentum. Alhamdulillahnya, pesan pertama itu tidak saya hapus. Jadi, bisa saya baca ulang. Jadi saya bisa membangkitkan semangat saya untuk tetap menjadi novelis.

Barulah di tanggal 17 Juli 2021 saya mendapatkan Update rangking top 500 para penulis yang ada di KBM App. Waktu itu Mbak Majarani mendapatkan penghasilan berkisar Rp32 juta lebih. Saya spill angkanya ya. (Rp32.752.593) dan disusul pula kak Dwiindra0330 di nominal yang tidak jauh beda.

Begitulah angka-angka yang saya baca dari pesan Pak Isa secara rutin dipadukan dengan motivasi berkarya dan informasi lainnya terkait lomba menulis hingga Belajar dari Bintang secara gratis. Saya ingat sekali perjalanan kisaran angka para penulis dari mulai 30+, 50+, 80+, dan yang lebih wah hingga 200+ juta dalam sebulan. Padahal kemarin rasanya masih ngobrolin akumulasi penghasilan 200+ juta loh dalam beberapa tahun. Eh, ini sudah sebulan saja.

Kalau saya yang mendapatkannya auto ikutan naik Haji Furoda bersama Ayah saya tahun ini juga. Masyaa Allah, tabarakallah. Semoga Allah meridhoi.

Kenapa konsepnya Writerpreneur kok enggak sistem royalty saja?

Nah, inilah yang membedakan KBM App dibandingkan dengan platform lainnya. Penjualan bab berbayar di sana diibaratkan kami sedang menjual buku juga loh. Makanya sistemnya bagi hasil. Berarti angka yang tertulis itu adalah bagi hasil penjualan para penulis. Sehingga kami disuruh untuk melaporkannya ke ditjenpajak ketika sudah mendapatkan penghasilan yang dikenakan pajak. Istilahnya pajak penghasilan untuk para UMKM. Ingat, produknya adalah karya digital.

Wih, mantap dong ya. Emang kamu sudah dapat berapa dari sana?

Dulu, awal-awal saya mempromosikan KBM App kepada teman saya. Mereka mengira kalau saya sudah menghasilkan banyak digit dari sana ketika melihat karya saya yang mejeng ada beberapa. Bahkan sampai jumlah buku 17 sekalipun. Saya hanya menghasilkan pendapatan Rp0 yang artinya tidak menghasilkan apa-apa.

Lantas kenapa masih bertahan?

Nah, itu nanti saya bahas di part selanjutnya. Namun satu hal yang pasti adalah saya merasa nyaman di sana bukan lagi karena banyak pertimbangan, tapi ya memang mengikrarkan. Justru penghasilan menulis saya saat ini masih didominasi oleh blog dan pernah juga di platform lainnya. Walaupun sifatnya recehan.

Bagi saya, bayaran menulis itu enggak ada yang bisa menandingi dengan rasa kebahagiaan. Sehingga kalau ada yang menanyakan saya menulis dibayar berapa? Saya dengan semangat menjawabnya dengan kebahagiaan. Bagi saya naskah selesai, artikel selesai, apalagi berhasil diunggah itu adalah kebahagiaan dari seorang penulis.

Reading Wrap November 2023

Reading Wrap November 2023

Kalau ada yang mendapatkan ilmu yang sedikit lantas sombong, itu adalah manusia biasa. Namun kalau ada yang mendapatkan ilmu yang banyak, tapi masih merasa tidak ada apa-apanya. Itu adalah penuntut ilmu sejati.

Tidak mudah memang membuat diri terus konsisten berada dalam kebaikan. Jika hari ini saya membaca buku dengan jumlah halaman yang lebih banyak. Besok malahan belum tentu bisa sebanyak yang sekarang. Jika hari ini saya bisa menuliskan sesuatu dengan banyak yang dibahas dan banyak pula yang disampaikan, besok pun belum tentu. Jika hari ini saya beribadah dengan sepenuh hati, besok juga belum tentu sepenuh hati seperti sekarang ini.

Saya pernah membaca sebuah hadist (tapi saya lupa yang mana)  mengatakan bahwa jika ingin melihat hari-hari berjalan dengan baik atau tidak maka lihatlah  pada hari Jumat itu kamu habiskan dalam keadaan bagaimana. Jika ingin melihat kesuksesan pada bulan-bulan berikutnya, maka lihatlah pada bulan Ramadan yang diisi dengan hal apa saja.

Tepat pada 1 Desember 2023 adalah hari Jumat. Waktunya evaluasi dan refleksi diri hari-hari yang berlalu. Walaupun sebenarnya hari-hari yang berlalu juga bisa melaksanakan momentum seperti itu. Namun yang namanya kecocokan terhadap tanggal, hari, dan bulan itu tidaklah terjadi setiap waktu. So, mari kita gunakan kesempatanini untuk membahas Reading Wrap November 2023.

Apa itu?

Reading wrap itu merupakan istilah yang digunakan Bookstagram sebagai rekapitulasi hasil bacaan yang ia baca selama bulan lalu. Kalau kak Dipi bilang, kita bisa buat konten itu untuk kisaran tanggal 27-akhir bulan.

Apa saja yang dibahas?

Kita bisa mengeksplore kesan dan pesan saat membacanya. Kemudian pendapat tentang buku itu di mata pembaca. Saya pikir ini adalah sesuatu yang asyik karena memang beberapa buku ada yang mampu membekas dalam hati, nyebelin untuk diingat, dan bahkan biasa saja kalau melihatnya.

Waktunya November Wrap

Up to 5 Books in November 2023

Bagi saya ini adalah sebuah pencapaian yang istimewah di bulan ini. Alhamdulillahnya bisa konsisten setelah sesi coach bareng kak Dipi di akhir September. Sehingga bisa konsisten di bulan Oktober dan November ini. Kalau dulu tuh saya asyik overthinking kalau posting di Instagram review buku yang saya buat. Takut pada capture-nya jelek ataupun desainnya nanti enggak menarik. Hal itu ternyata yang mendorong saya untuk mengulur waktu. Ah, nanti-nanti sajalah menunggu di waktu yang tepat. Pada akhirnya target pun tak tercapai karena kebanyakan galau akibat overthinking.

Kemudian saya membuat kesepakatan dengan kak Dipi bahwasannya saya punya target membaca 1 buku seminggu. Nah dari situlah saya membuat program untuk naik post walau dalam kondisi apapun. Bahkan hasil foto ala kadarnya sekalipun tak mengapa, yang penting diunggah. Setelah ditelusuri. Awal-awal saya ngepostnya di hari Minggu, kemudian mundur di hari Sabtu karena merasakan kalau hari Minggu rasanya menyebalkan banget ketika dikejar rasa itu sementara setrikaan sudah menggunung layaknya Everest. Sabtu pun juga begitu, rupanya banyak juga yang mengajak meet up dengan orang baru. Yaudah, rentang amannya adalah dimulai hari Jumat. Ternyata ketika selesai di hari Jumat itu rasanya sunguh sangat melegakan.

Cek Kalender Reading

Minggu Pertama saya berhasil membaca 1 buku yang berjudul Diary Cinta Pertama.

Minggu Kedua saya berhasil membaca 1 buku yang berjudul Sukses Dunia, Sukses Akhirat.

Minggu Ketiga saya berhasil membaca 3 buku yang berjudul Mulai dari Mimpi, Journey to The Light, dan Mahfuzhat

Minggu Keempat saya tidak berhasil menyelesaikan membaca buku apapun

Minggu Kelima saya juga tidak berhasil menyelesaikan membaca buku lagi.

Apakah saya membaca setiap hari?

Saya melihat centangan yang ada di buku agenda ada progress membaca kategori lebih sering. Meskipun ada juga sehari dua hari tak membaca. Hanya saja tidak tercatat di Bookmory saja. Padahal dulu saya sangat menyukai fitur ini ketika membaca. Jadinya saya bisa melihat seberapa banyak waktu yang saya gunakan untuk membaca lewat bantuan timer. Hanya karena merasa ribet saja makanya tidak gunakan lagi fitur ini di bulan November. Sebagai bahan pertimbangan saya mungkin bisa menggunakan fitur ini lagi supaya nanti ketahuan waktu yang saya habiskan untuk apa saja.

Refleksi Buku Berdasarkan Penilaian Bintang

Mafuzhat 5/5

Hei, kenapa buku ini baru saya temukan dalam hidup? Ringan, bermakna, dan menambah kebijaksanaan hidup. Ini adalah buku terbaik yang saya baca setelah buku-buku karangan Imam Ghazali. Rasanya ketemu sebuah peribahasa di atas langit, masih ada langit itu ‘wuah’ sekali rasanya. Saya bahkan berpikir untuk rajin menulis dan menghasilkan uang dari tulisan supaya bisa memiliki buku Mahfuzhat ini di rumah. Namun setelah memikirkan finansial yang low version, enggak terlalu maksa beli deh. Sementara waktu saya bisa menggunakan metode CBS alias Catat Buku Sampai Habis.

Mulai dari Mimpi 4/5

Buku ini merupakan Bookmail berantai bacth 2. Bisa dihabiskan dalam 1 hari dan memang lebih asyik mempraktikkannya supaya bisa memberikan pengalaman bermakna. Walaupun sebenarnya pada bagian awal penjelasan merupakan topik yang sederhana, tapi buku ini mampu membantu saya untuk menyusun kembali mimpi-mimpi yang tercecer.

Sukses Dunia, Sukses Akhirat 3,5/5

Bagi saya ini adalah terberat yang saya baca. Walaupun cara penyampaiannya enggak berat-berat amat. Hal ini saya ketahui karena menyelesaikan buku ini tuh butuh usaha yang lebih. Bahkan di awal-awal saya membacanya sempat merasa ragu dikarenakan enggak ada ISBN-nya. Hal ini ternyata mengurangi kepercayaan saya terhadap isi buku. Ternyata setelah dibaca sampai selesai, semuanya bagus sekali. Lagi-lagi kalau dipraktekkan. Visualisasinya full color, orang visual pasti sangat menyukai ini. Namun kalau berdasarkan pengalaman membaca dan diri saya beginilah yang bisa saya sampaikan. Ini tidak bisa menjadi penilaian yang mutlak. Barangkali di Bookstagram lainnya bisa mencapai sampai bintang 5.

Diary Cinta Pertama 3,5/5

Buku ini sangat relevan untuk remaja. Saya yang tak remaja lagi pun malahan merasa berat untuk membacanya. Namun ketika dimotivasi oleh siswa saya. Akhirnya saya mampu menyelesaikannya dalam waktu singkat.

Journey to the Lihght 3/5

Covernya bagus, judulnya juga bagus. Namun kenapa saya memberikan penilaian bintang 3?

Nah ini yang menjadi bahan perenungan bagi saya sendiri. Tulisan ini terdiri dari beberapa macam penulis. Ada yang menuliskannya dengan pengambilan bagian penting, tapi ada pula bagian yang eksplisit, tak pantas meskipun tujuannya untuk menjadi pelajaran. Setelah membaca buku ini saya menyadari bahwa sesuatu yang tidak baik itu sangat terasa sekali meskipuan tulisan yang lainnya itu kualitas tulisannya bagus. Padahal waktu itu saya sedang berpuasa, tapi sayangnya setelah membaca buku ini saya memiliki efek pribadi yang ntah gimana-gimana.

Oke itu saja yang saya sampaikan, jika ada sesuatu yang menyinggung atau tidak berkenan itu datangnya dari saya. Saya memohon maaf dan kepada Allah Swt saya memohon ampun.

 

 

Hari Guru untuk Ibu di Nurul Azmi Medan


Hari Guru untuk Ibu di Nurul Azmi Medan

Tak pernah terpikirkan dulunya saya bisa bergabung di sekolah SMA IESS Nurul Azmi Medan yang ketika itu jarak rumah saya dan lokasi tempat mengajar tidaklah dekat. Cita-cita saya dulunya sederhana, bisa mengajar di tempat yang tak jauh dari rumah karena energinya bisa dihemat untuk memikirkan perkembangan peserta didik ataupun menambah kapasitas diri dalam pengetahuan sebelum diajarkan pada anak-anak.

Qadarullah, saya mengajar di sekolah ini semenjak tahun ajaran baru 2023/2024 yang ketika itu dimotivasi ingin mengembangkan pengetahuan setelah dua tahun mengajar di SDN 067248. Berat memang mengawali perjalanan saya bisa bertahan menjadi seorang wali kelas di sana pada awal permulaan. Saya harus bolak-balik ke kamar mandi setiap pagi karena rasa stress meningkat saking kagetnya perubahan hidup darinya santuy menjadi tak santuy lagi. Kehidupan yang digerus serba cepat bukanlah dibentuk sehari dua hari, tapi memang sejak dulu saat perkuliahan yang menuntut diri sepenuhnya 24 jam hanya untuk kuliah saja.

Momen hari guru adalah momen yang flat bagi saya sebenarnya. Pasalnya saya yang sekarang masih jauh dari kata baik sebagai guru yang sebenarnya sembari menelisik kembali diri saya sebelumnya. Dua kata dari semua yang berlalu, ‘enggak bahagia’. Saya tidak bahagia mengajarkan sesuatu ke anak-anak dan saya enggak bahagia untuk datang ke sekolah. Padahal niat saya dulunya adalah ingin menjadi guru yang bahagia. Kapan-kapan saya akan bercerita tentang pendapat saya terhadap guru.

Momen hari guru di Nurul Azmi kali ini dibuat berbeda oleh para pemimpinnya. Mereka berpikir bahwa guru pertama mereka adalah ibu mereka sendiri di mana kali pertama anak-anak dididik terlebih lagi pasal akhlak. Maka tepat pada tanggal 26 Novemberi diundanglah para Ibu ke sekolah untuk merayakan momen Hari Guru untuk Ibu sekaligus peluncuran album terbaru yang berjudul Ibu ditulis oleh Ustadz Doni selaku kepala sekolah SMP IT Nurul Azmi.

Pemilihan hari Minggu bukanlah tanpa alasan. Hal ini bertujuan supaya para banyak yang bisa datang dikarenakan hari Minggu adalah hari libur dan tidak perlu khawatir akan sebuah alasan bahwa mereka sedang dalam bekerja pada umumnya.

Qadarullah, para Ibu yang ada di kelas saya yang bernama Malik Binnabi pada datang semua. Momen kebersamaan itu pun terpotret indah ketika mereka foto bersama. Walaupun pada akhirnya saya belum berkesempatan untuk ikut karena sedang ada hal yang ingin diselesaikan.

Kegiatan makan bersama ini diinisiasi oleh Mamanya Nabil, wali murid kelas Hamasah secara dadakan layaknya proklamasi. Dilaksanakan secara sesingkat-singkatnya. Sat set set. Jadilah kami makan bersama. Serta didukung juga produk dari Nuget Apamaumu yang merupakan owner dari Aulia, siswa kelas Al-Fatih.

Dokumentasi Hari Guru untuk Ibu di SMA IESS Nurul Azmi Medan


Seni Memperibet Diri VS Keep It Simpel


Seni memperibet diri VS Keep It Simple

Pengalaman Memperibet Diri Sendiri

Sebagai seorang yang terkenal sangat keras kepala, ini kata ibu saya dulunya. Sekarang masih terkesan sangat keras kepala, terlebih lagi terhadap impian di masa depan. Sudah dibilang juga nggak usah nulis, enggak ada gunanya, masih juga tetap nulis. Entah kapanlah kau bisa maju, asyik terpuruk aja.

Ada juga ungkapan dari sahabat saya mengatakan apa yang dia pandang terhadap diri saya.

Si kocik ini payah Ma, (waktu itu dia bilangkan ibunya) dia kalau udah satu ya satu. Kau pun Ni, namanya orang tua. Dia pasti tahu apa yang terbaik buat anaknya. Jadi begitulah, kupandang udah lama kali dirimu nulis, tapi kok enggak sukses-sukses gitu ya.

Saya menuliskan ini dengan perasaan yang sedikit nyelekit, menusuk jantung tanpa mengatakan sepatah kata apapun. Padahal ngakunya udah ikhlas dengan segala wahana ungkapan atau cara orang lain yang melarang saya untuk meneruskan dunia tulis menulis. Namun tak mengapa, saya harus keep it simple, bawa enjoy saja sama orang-orang yang julid.

(Masih berpikir, pengalaman apa yang memperibet diri sendiri)

Bermula ketika masa di perkuliahan. Gaya belajar saya pada waktu itu terkesan sangat lambat. Orang-orang sudah menggunakan kecanggihan teknologi dalam menyelesaikan tugas review jurnal berbahasa Inggris. Saya malahan berusaha tidak menggunakannya karena hanya merasa tidak mengerti dengan terjemahan secara digital. Berasa kurang memahami apa yang disampaikan secara bahasa Indonesia.

Apa yang terjadi?

Saking kuatnya saya mempertahan egois dalam diri untuk tidak menggunakan fasilitas canggih arahan teman saya. Alhasil apa yang saya dapatkan? Benar sekali, tugas tidak selesai tepat waktu dan saya dimarahin sama teman saya sendiri selaku pengumpul tugas. Fix, rasa nyelekitnya tak terlupakan sampai sekarang.

Pengalaman kedua cara memperibetkan diri adalah dengan mengerjakan tugas yang sebenarnya orang lain sudah mengerjakannya. Saya tetap mengerjakannya sebisa mungkin versi diri saya, walaupun sebenarnya saya itu harus menyiapkan diri bahwa hasil pekerjaan saya tidak digunakan oleh mereka. Alasannya sungguh sangat klasik. Yah, itung-itung buat latihan belajar bagaimana caranya membuat tugas itu. Sementara ada orang lain yang sedang menasehati diri saya. “Jangan begitu, kan enggak enak juga. Kalau mereka sudah buat, sementara kamu buat juga. Entah mereka mikirnya sebagai perbandingan jatuhnya. Enggak enakan jadinya.”

Waktu itu posisinya saya sudah mengerjakan separuh. Walaupun saya mengetahui tugas itu memang sudah dibuat orang lain. Entah mengapa saya merasa harus menutup mata atau pura-pura tidak tahu saja. Astaghfirullah, saya berusaha untuk melihat diri yang ternyata masih terbesit rasa keegoan tinggi. Enggak mau mengomunikasikan hal ini. Terlebih lagi memberikan sebuah alasan bahwa saya tuh akhir-akhir ini sungguh sangat sibuk, tapi tidak mampu mengatakannya dan akan mengusahakan nanti. Hingga akhirnya menuju hari terakhir barulah saya mengerjakannya dan alhamdulillahnya sih siap dikerjakan. Walaupun tugas saya belum sempat dibacanya pada hari yang dijanjikan.

Pengalaman ketiga cara memperibetkan diri adalah dengan tidak pernah meminta uang pada ayah saya padahal saya sungguh sangat butuh hingga akhirnya terlibat situasi gelap. Alasannya sungguh sangat klasik, saya berpikir ayah tidak punya uang karena setiap hari Ibu selalu mengatakan hal ini. Padahal aslinya, uang Ayah saya banyak tuh dan bahkan dihambur-hamburkan ke orang lain yang tidak tepat. Saya berharap orang sekeliling saya itu peka. Kalau saya sudah mengatakan tidak punya uang untuk ongkos ke kampus atau ke mana gitu ya dikasih. Nyatanya enggak ada yang peka :D. Nggak ada yang mau memberikannya kepada saya. Sampai pada akhirnya ini pengalaman yang menyedihkan. Saya tidak jadi ikutan daftar PPG Prajabatan hanya karena enggak punya uang  200 ribu untuk biaya ujiannya. Padahal saya tuh sudah mati-matian mengeluarkan energi untuk menjawab pertanyaan esai yang membuat kepala mendidih. Namun ya sudahlah, itu kan sudah menjadi masa lalu. Hal yang jelas setelah beranjak dari situ kalau saya bilang saya enggak punya ongkos buat kerja atau enggak punya paket internet auto ditawarkan pinjaman oleh keluarga saya.

Belajar Keep It Simple

Arti dari keep it simple  itu adalah menyederhanakan sesuatu yang berarti jangan memperibet diri loh. Misalnya ada pekerjaan rumah yang berantakan. Kita sudah lelah banget karena habis pulang kerja, terus lihat yang lain asyik sibuk sendiri sama kegiatan have funnya. Pasti bakalan menyuruhnya untuk membantu membereskan kan. Cara mengatasinya adalah dengan menyuruh secara baik-baik. Kalau enggak dikerjai, ya kerjai sendiri. Kok ribet, kan yang ingin suasana hidup rapi tuh diri sendiri bukan dia yang sedang have fun.

Kalau ketemu orang terdekat, khususnya keluarga. Dia enggak punya uang buat ongkos untuk perjalanan menimba ilmu. Sementara kitanya ada rezeki yang lebih. Berikan sedikit, tanpa perlu diminta. Kan simple, cara berbuat baik tanpa harus menurunkan ego.

Untuk pengalaman ini sebenarnya saya masih sangat minim sekali pengalamannya, tapi ada satu rekomendasi pembahasan tentang keep itsimple dalam hubungan yang mungkin bisa dipelajari. Kebetulan saya baru belajar dari acara Hajatan yang diadakan oleh Kemenkeulibrary.

Itu saja kali ya cerita pada awal pagi kali ini. Semoga menjadi perenungan bersama bahwa jangan mengambil pusing sesuatu yang sebenarnya masih bisa nggak perlu dipusingin, sebagai gantinya ya harus cari solusi untuk menurunkan rasa egois di dalam diri. Kalau masih sulit juga. Banyakin saja istighfarnya. Supaya Allah Swt melembutkan hati kita.

When I have Good Habit

When I have good habit

Sebagai seorang penulis. Tentu pekerjaannya adalah menulis, kalau seandainya enggak menulis dalam rentang waktu yang sangat lama. Bukan penulis profesional namanya. Begitulah sebuah hal yang tertanam pada diri beberapa waktu lalu setelah merutinkan menulis berturut-turut setiap paginya.

Kalau tidak ngepost, enggak boleh ngapa-ngapain. Begitulah komitmennya. Mau itu hasil tulisannya banyak lengkap dengan gambar yang estetik sampai hanya sekedar tulisan belaka. Kali ini saya mau menceritakan sedikit pengalaman yang baru saja saya alami. Sebagai pengingat diri kalau seandainya saya kembali ke stelan pabrik penulis yang tidak produktif.

Awal Mula

Masih ingat nggak tentang para ulama yang membagi waktunya untuk belajar di postingan sebelumnya? Mereka belajar di waktu awal pagi sebelum Matahari terbit atau antara maghrib dan isya.

Saya mencoba pilihan yang pertama dengan mencoba bangun di sepertiga malam. Qiyamul Lail terlebih dahulu selama setengah jam barulah menulis konten untuk blog. Hari pertama terasa sangat lancar karena saya memutuskan untuk menuliskan apa yang baru saja saya pelajari di kelas daring.

Hari kedua, saya merasakan hati tiba-tiba sakit karena teringat orang yang menyakiti. Al hasil hanya sekedar tulisan doang, kemudian visualisasinya menyusul ketika saya sudah memiliki waktu panjang seperti hari Sabtu ataupun Minggu.

Hari ketiga, tulisan lancar karena ide mangalir jaya terus ditambah lagi dengan editing gambar yang sat set-set dari Canva. Saya harus berterima kasih kepada Allah Swt yang memperkenalkan saya kepada Canva lebih dulu sebelum booming seperti sekarang ini dan pekerjaan saya menjadi cepat selesai.

Walaupun kelemahannya adalah saya harus gigit jari ketika kuota tinggal sedikit, padahal baru saja mempaketkannya seminggu yang lalu. Namun enggak apa, semoga Allah Swt memberikan jalan untuk hambanya yang mau berusaha. Entah itu minta wifi orang lain ataupun ada orang baik memberikan pinjam buat beli paket.

Sampai pada hari yang mulai konsisten ke 7. Barulah muncul penyakitnya. Rutinitas menulis harus diganti dengan rutinitas yang jauh lebih genting, yaitu menyelesaikan tugas deadline sama setrikaan yang menggunung. Untungnya malam ini teringat dan membuat hati resah, jadinya saya bisa menuliskan artikel ini. Namun tak mengapa, itu berarti saya harus menemukan strategi lain supaya tidak terulang lagi. 

Hal Positif Setelah Good Habit

Pengalaman belajar, orang-orang yang kita ketemui, dan apa saja yang kita pelajari barangkali mempengaruhi cara berpikir dan hati kita. Kalau dulu setelah menulis beberapa waktu yang konsisten saya langsung mengalami ke stelan pabrik alias tidak menulis lagi.

Kini saya sudah mendapatkan jawabannya dari postingan belajar di SPA Madya. Saya merasakan hal yang positif setelah membiasakan diri untuk istighfar seratus. Belajar membersihkan hati melalui mengingat Allah dan memohon ampun. Walaupun hati masih dalam kondisi keras sekalipun.

Supaya dosa kita terhapus, istighfar dulu dong seratus.

Kalau saya sudah sangat merasa bersalah banget, bisa tuh istighfar lebih dari seratus sampai ngerasa hati tidak sakit lagi dan lupa sama orang yang menyakiti. Ternyata menjadi orang yang peka itu enggak mudah. Hanya orang-orang terpilih yang bisa merasakannya. Sempat punya prinsip, saya bakalan terus istigfar entah sebatas mana. Barangkali setelah istighar yang ke 999 kali barulan saya benar-benar secara tulus meminta ampun kepada Allah Swt.

Another Good Habit

Sebelum memahami menjaga wudu itu sangat penting sekali. Terlebih lagi untuk menulis yang mengarah kepada pencerahan. Kini saya mempraktekkan untuk menulis, pokoknya menulis apa saja. Mau itu fiksi maupun nonfiksi. Alhasil manfaat lainnya adalah wajah saya menjadi bersih karena bolak-balik berwudu. Wong bolak-balik buang angin. Ini saat saya pertama kali menjaga wudu. Kalau sudah terbiasa menjaga wudu ya enggak seperti itu lagi. Bahkan wudunya bisa tahan lama. Kalau salat enggak perlu wudu lagi ketika di saat genting. Paling kalau merasa ragu barulah berwudu lagi.

Good Habit With Basmallah

Saya dulu pernah membaca sebuah penelitian tentang air yang ketika dibacakan ayat suci bentuk kristalnya akan berubah menjadi sangat indah. Rasulullah Saw juga pernah mengajarkan bahwa ketika beliau minum, maka dibagi menjadi tiga tegukkan. Sebelum minum satu tegukkan ucapkannya Basmallah, kemudian ucapkan hamdallah setelah masuk di kerongkongan. Setelah itu ulangi lagi di tegukkan berikutnya sampai tegukkan ketiga.

Kalau kebiasaan minum terdengar suara glek-glek sampai perut kembung, bawaanya ingin tidur dan malas. Justru dengan mempraktikkan minum ala kebiasaan Rasulullah Saw saya menjadi orang yang tidak rakus dan tidak banyak makan. Kalau makan secukupnya saja, tidak berlebihan. Nah hal lebih ajaibnya adalah saya bisa tidur dengan rentang  waktu yang cukup, yaitu 6 jam sehari. Jadi, kalau seandainya saya tidur jam sepuluh malam, maka saya bisa bangun jam 3 pagi untuk melaksanakan sepertiga malam.

Tahu nggak Sob, manfaat lainnya adalah kita terhindar dari orang yang berbuat jahat. Misalnya kita lagi di tempat orang, terus ditawarin minuman yang ternyata diguna-guna. Insyaa Allah enggak akan mengaruh di kitanya nih Sob.

Dalilnya mana atau referensinya mana? Hm, kalau Sob tahu bisa tulis di kolom komentar nih.

Good Habit With Selawat

Tren lagu selawat memang ragam macamnya. Biasanya saya hanya mendengarkannya saja ketika melakukan aktivitas. Lalu bagaimana dengan ketika melakukan aktivitas sembari berselawat? Misalnya melipat pakaian, mengelap jendela, menggosok, memasak, hingga menyapu dan mengepel. Ini juga kali pertama dalam sejarah. Secara gitu, saya memang tipenya pendiam dan khawatir kalau banyakin ngomong suaranya bisa habis. Ternyata setelah dipraktikkan hasilnya positif bisa sambil muhasabah diri, teringat akan dosa selama ini, dan terhindar dari keinginan untuk menggibah orang lain atau curhat yang membuka aib sendiri.

Closing

Sebenarnya masih masih banyak kebiasaan positif lainnya yang bisa diamalkan dalam kehidupan sehari-hari. Sampai di sini, mungkin bakalan ada kelanjutan good habit  lainnya di lain waktu. Semoga saja, tergantung mood juga dan semoga Allah Swt memberikan inspirasi dan keterbukaan hati untuk berbagi hal positif lainnya.

Review Buku Mahfuzhat

 

Review Buku Mahfuzat

Belajar Kebijaksanaan dari Buku Mahfuzhat

Saya mengetahui buku ini karena ada review Challenge dari @bukureneislam . Setelah tahu informasinya, saya langsung bergerak cepat untuk mencarinya di Ipusnas. Qadarullah, saya mendapatkan akses pinjam dan waktu itu masih bisa dipinjam oleh beberapa orang lainnya.

Setelah saya membacanya seminggu yang lalu. Satu kata yang keluar dari bibir tipis saya adalah ‘amazing’ saking sukanya saya berharap bisa memilikinya dalam waktu dekat.

Kenapa?

Pasalnya ini adalah buku wajib untuk para santri untuk dihapalkan. Mahfuzhat sendiri adalah kumpulan kata mutiara Islam Arab yang menginspirasi umat manusia.

Sayangnya, ketika saya memiliki kesempatan untuk mereviewnya. Eh, malah sudah batas waktu dikembalikan dan sekarang tinggal antrian. Namun tidak apa, saya masih bisa memiliki stok penyampaian terhadap isi dari buku ini. Palingan kelengkapannya saja yang menyusul.

Judul Buku : Mahfuzhat

Penulis : Tim Turos Pustaka

Penerbit : Tim Turos Pustaka

Jumlah Halaman : Kurang lebih 263

Tahun Terbit : 2018

ISBN : 978-602-1583-49-4

Sejak dulu, orang-orang Arab memang dikenal luas sebagai orang yang gemar bersyair dan menghafal kata-kata indah penuh makna. Hal ini menjadi tradisi turun-temurun hingga sekarang. Buku ini dikenal sebagai Mahfuzhat yang artinya kata-kata yang dihafalkan. Maka sudah pasti bahwa kata-kata yang tersedia memang harus dihapal beserta dengan bahasa Arabnya. Cara penghapalannya pun juga harus dibarengi dengan memahami makna yang dihapalkan.

Layaknya sebuah penyusunan. Buku ini memiliki kelebihan dengan kategori mudah dihapal. Hal itu didasarkan pada pengelompokkan hapalannya dari huruf Hijaiyya dari alif sampai ya. Hingga ucapan dari para imam maupun ulama. Sehingga ketika kita menghapal satu kelompok dari huruf ‘ha’ maka semua daftar kalimatnya juga sama. Hal ini tentulah memudahkan kita untuk belajar bahasa Arab. Sampai saya sendiri menyadari bahwa salah harakat saja, itu memang sudah beda artinya. Sebagai contoh alhasanu artinya orang yang berakhlak mulia. Ketika diganti menjadi alhasu .. itu artinya pendengki.

Sebenarnya banyak sekali kata pilihan yang ingin saya bagikan, tapi di sesi kali ini hanya bisa saya tuliskan beberapa. Itulah mengapa buku ini menjadi referensi yang wajib dimiliki bagi Anda yang ingin mendalami bahasa Arab sekaligus belajar kebijaksanaan hidup.

Carilah teman sebelum melakukan perjalanan, dan carilah tetangga sebelum membangun rumah. (Halaman 119)

Bermusyawarah dengan orang yang sudah banyak mencoba, karena dia akan memberimu pendapatnya yang dia dapatkan dengan mahal, sementara kaudapatkan itu dengan Cuma-Cuma. (Lukman Hakim)-Halaman 121

Seburuk-buruk  manusia adalah manusia yang tidak peduli ketika orang-orang melihatnya berbuat keburukan.- Halaman 122

Orang yang lemah adalah yang lemah dalam mengatur dirinya. (Umar Bin Khattab)-Halaman 131

Inilah yang bisa saya sampaikan pada sesi kali ini. Semoga bisa menjadi keberkahan bagi pembacanya. Soalnya jujur saja nih ya, setelah membaca buku ini hidup saya menjadi berubah. Ada perubahan yang signifikan terhadap diri khususnya akhlak dan pemikiran bahwa kebiasaan buruk itu harus diubah menjadi kebiasaan yang baik.

Isi Buku Mahfuzhat

Bahkan saking bermanfaatnya saya tidak percaya pada diri sendiri, dalam artian saya tidak percaya akan mengerjakannya nanti, maka saya mengerjakan tugas ini sekarang. Begitulah yang terpatri dalam diri saya saat ini. Sehingga baru kali ini saya mengumpul tugas lebih awal pada tugas SPA Madya. Bagi saya, ini adalah pertama kali dalam sejarah di hidup saya.