Review Buku Mahfuzhat

 

Review Buku Mahfuzat

Belajar Kebijaksanaan dari Buku Mahfuzhat

Saya mengetahui buku ini karena ada review Challenge dari @bukureneislam . Setelah tahu informasinya, saya langsung bergerak cepat untuk mencarinya di Ipusnas. Qadarullah, saya mendapatkan akses pinjam dan waktu itu masih bisa dipinjam oleh beberapa orang lainnya.

Setelah saya membacanya seminggu yang lalu. Satu kata yang keluar dari bibir tipis saya adalah ‘amazing’ saking sukanya saya berharap bisa memilikinya dalam waktu dekat.

Kenapa?

Pasalnya ini adalah buku wajib untuk para santri untuk dihapalkan. Mahfuzhat sendiri adalah kumpulan kata mutiara Islam Arab yang menginspirasi umat manusia.

Sayangnya, ketika saya memiliki kesempatan untuk mereviewnya. Eh, malah sudah batas waktu dikembalikan dan sekarang tinggal antrian. Namun tidak apa, saya masih bisa memiliki stok penyampaian terhadap isi dari buku ini. Palingan kelengkapannya saja yang menyusul.

Judul Buku : Mahfuzhat

Penulis : Tim Turos Pustaka

Penerbit : Tim Turos Pustaka

Jumlah Halaman : Kurang lebih 263

Tahun Terbit : 2018

ISBN : 978-602-1583-49-4

Sejak dulu, orang-orang Arab memang dikenal luas sebagai orang yang gemar bersyair dan menghafal kata-kata indah penuh makna. Hal ini menjadi tradisi turun-temurun hingga sekarang. Buku ini dikenal sebagai Mahfuzhat yang artinya kata-kata yang dihafalkan. Maka sudah pasti bahwa kata-kata yang tersedia memang harus dihapal beserta dengan bahasa Arabnya. Cara penghapalannya pun juga harus dibarengi dengan memahami makna yang dihapalkan.

Layaknya sebuah penyusunan. Buku ini memiliki kelebihan dengan kategori mudah dihapal. Hal itu didasarkan pada pengelompokkan hapalannya dari huruf Hijaiyya dari alif sampai ya. Hingga ucapan dari para imam maupun ulama. Sehingga ketika kita menghapal satu kelompok dari huruf ‘ha’ maka semua daftar kalimatnya juga sama. Hal ini tentulah memudahkan kita untuk belajar bahasa Arab. Sampai saya sendiri menyadari bahwa salah harakat saja, itu memang sudah beda artinya. Sebagai contoh alhasanu artinya orang yang berakhlak mulia. Ketika diganti menjadi alhasu .. itu artinya pendengki.

Sebenarnya banyak sekali kata pilihan yang ingin saya bagikan, tapi di sesi kali ini hanya bisa saya tuliskan beberapa. Itulah mengapa buku ini menjadi referensi yang wajib dimiliki bagi Anda yang ingin mendalami bahasa Arab sekaligus belajar kebijaksanaan hidup.

Carilah teman sebelum melakukan perjalanan, dan carilah tetangga sebelum membangun rumah. (Halaman 119)

Bermusyawarah dengan orang yang sudah banyak mencoba, karena dia akan memberimu pendapatnya yang dia dapatkan dengan mahal, sementara kaudapatkan itu dengan Cuma-Cuma. (Lukman Hakim)-Halaman 121

Seburuk-buruk  manusia adalah manusia yang tidak peduli ketika orang-orang melihatnya berbuat keburukan.- Halaman 122

Orang yang lemah adalah yang lemah dalam mengatur dirinya. (Umar Bin Khattab)-Halaman 131

Inilah yang bisa saya sampaikan pada sesi kali ini. Semoga bisa menjadi keberkahan bagi pembacanya. Soalnya jujur saja nih ya, setelah membaca buku ini hidup saya menjadi berubah. Ada perubahan yang signifikan terhadap diri khususnya akhlak dan pemikiran bahwa kebiasaan buruk itu harus diubah menjadi kebiasaan yang baik.

Isi Buku Mahfuzhat

Bahkan saking bermanfaatnya saya tidak percaya pada diri sendiri, dalam artian saya tidak percaya akan mengerjakannya nanti, maka saya mengerjakan tugas ini sekarang. Begitulah yang terpatri dalam diri saya saat ini. Sehingga baru kali ini saya mengumpul tugas lebih awal pada tugas SPA Madya. Bagi saya, ini adalah pertama kali dalam sejarah di hidup saya.

 

Belajar Adab Menuntut Ilmu di SPA Muda

Belajar Adab Menuntut Ilmu di SPA Muda

Minggu, 12 November 2023

Setelah pulang dari Binjai, ditemani adik saya melangkah ke sana dan belajar sesuatu yang saya pahami sementara dia tidak. Malamnya saya memberanikan diri untuk menjadi seorang Moderator.

Topik kali ini adalah Ta’limu Muta’alim, yaitu adab menuntut ilmu. Sebuah perkara yang tidak sepele dan bahkan para ulama terdahulu mempelajarinya selama 40 tahun lamanya. Materi tersebut dibawakan oleh Bang Anugerah Roby Syahputra yang merupakan anggota Andal dalam ke-FLPan.

Adab Menuntut Ilmu

1.       Niat

Masih ingat nggak tentang hadist pekara niat? Bahwa sesungguhnya segala sesuatu itu tergantung pada niatnya. Maka niat menuntut ilmu itu haruslah karena Allah Swt atau mencari ridhonya Allah. Kalau seandainya menuntut ilmu itu bisa menghasilkan uang, itu pekara belakang. Kenapa? Karena ketika kita menuntut ilmu itu bertujuan mendapatkan uang dari apa yang dipelajari. Maka ketika sudah mendapatkan uang, ia akan berhenti.

2.       Memilih Ilmu, Guru, dan Ketabahan dalam Belajar

Hal yang pertama sekali dalam memilih ilmu adalah untuk agama, kemudian untuk masa depannya. Pelajarilah terlebih dahulu ilmu tauhid, yaitu ilmu mengenal Allah. Supaya hidup ini terarah.

Pilihlah guru yang paling berilmu, paling wara’, dan yang paling tua. Sebab transfer adab dan transfer ilmu itu butuh semangat anak muda dan kebijaksanaan orang tua. Makanya kalau di pesantren itu yang dipandang adalah siapa Kiayinya.

Terkait dalam ketabahan dalam belajar, kita itu memang harus tabah. Bahkan dulu Imam Bukhari demi mendapatkan 1 hadist rela berjalan berpuluh km.

3.       Ta’azim terhadap Ilmu dan para Ahlinya

Kalau tidak menghormati gurunya, maka tidak akan mendapatkan keberkahan.

Ali bin Abi Thalib mengatakan bahwa aku adalah hamba sahaya untuk guru yang  mengajarkan 1 huruf padaku.

4.       Harus giat dan Semangat

Dalilnya ada pada surah Maryam ayat 12. “Wahai Yahya! Ambillah (pelajarilah) Kitab (Taurat) itu dengan sungguh-sungguh.” Dan Kami berikan hikmah kepadanya (Yahya) selagi dia masih kanak-kanak. Juga pada surah Al-Ankabut ayat 69, “dan orang-orang yang berjihad untuk (mencari keridaan) Kami, Kami akan tunjukkan kepada mereka jalan Kami. Dan sungguh, Allah beserta orang-orang yang berbuat baik.

Mustahil sekali ilmu itu bisa didapatkan tanpa usaha.

5.       Memulai belajar ukuran dan urutannya

Waktu untuk memulai belajar adalah hari Rabu sebab pada waktu tersebut Allah Swt menciptakan cahaya. Standar orang yang mau belajar adalah diulangi 2 kali dan ditambah sedikit. Jika materinya panjang, kalau bisa diulang 10 kali.

6.       Bertawakal

Tidak usah menyibukkan pasal mencari rezeki. Orang dulu, sudah menjadi kebiasaan kalau dibayarkan oleh pemerintah. Sudah sepantasnya pula bahwa seorang ustadz diberikan honor yang besar.

Siapa yang belajar karena Allah, maka Allah akan mencukupi dari arah yang tak disangka-sangka.

 

Sesungguhnya ada dosa yang tak dapat dilebur kecuali ma’isyah.

ma'isyah di sini dimaksudkan adalah mencari rezeki yang halal.

7.       Masa Belajar

Nggak ada kata terlambat dalam belajar. Al-Hasan bin Ziyad bahkan belajar di umur 80 tahun. Waktu terbaik belajar adalah di masa muda. Waktu sahur, maghrib dan isya. Ibnu Abbas mengatakan bahwa kalau bosan, maka pindah ilmu lain.

8.       Kasih sayang dan Nasihat

Maksud yang ada di sini adalah tidak mendengki.

Rahimahullah -> Semoga Allah merahmatinya.

Hafizahullah -> Semoga Allah menjaganya (masih hidup).

Jangan berdebat dengan orang bodoh.

Hafalan akan pergi, tapi tulisan akan menetap.

Makanya sistem belajar orang dulu itu bagus CBS (Catat Buku Sampai Habis) karena bisa membuat ilmunya lengket. Hal yang diajarkan adalah yang terbaik yang dihapal dan didengar.

Jika punya minat sejarah, baca buku sejarah, dan punya buku sejarah. Penting sekali mengenali mana yang ahli ilmu beneran.

Wasiat : menghapal sedikit-sedikit hikmah.

Malam itu panjang, jangan dipendekkan dengan tidurmu.

9.       Sikap wara’ terhadap belajar dengan menghindari Subhat

Jangan sampai perutnya kenyang, jangan sampai terlalu banyak tidur.

Makanan dari pasar jauh daripada dzikrullah dan lengah dari mengingat Allah. Makanya lebih baik membawa makanan sendiri.

10.   Hal-hal yang memudahkan hafalan

Adalah kesungguhan, ketekunan, mengurangi makan, sholat malam. Membaca Al-Quran dengan menggunakan mushaf beda dengan tasmi’. Sebab ada pahala menggunakan mushaf.

11.   Bersiwak, minum madu, dan sekarang ini makanlah dengan gizi yang seimbang

Sesi Dokumentasi  Adab Menuntut Ilmu di SPA Muda FLP Medan

Pertanyaan :

Bagaimana menyikapi tetapi hadir, walaupun materinya sudah pernah dihadapi?

Jawab : manusia bisa saja lupa. Bisa saja ada kebaharuan dalam ilmunya. Perlu juga kerendahan hati dan kebesaran jiwa.

Referensi :

Diambil dari buku ta’limu muta’alim

Pengalaman Berpartner dengan Seedbacklink

Pengalaman berpartner dengan Seedbacklink

Pengalaman Berpartner dengan Seedbacklink

Menulis adalah nafas yang panjang. Begitulah yang saya tangkap dari ucapan Kak Luluk HF selaku penulis dari Mariposa. 

Kesuksesan seorang penulis yang sekarang ini bukanlah dibentuk sehari dua hari, tenar, dan mendapatkan uang. Big No. Justru harus dilalui dengan serangkaian perjalanan yang panjang dan tentunya mengasah diri untuk menulis.

Jadi, kalau ada orang yang bisa menjadi penulis sukses dalam waktu satu malam saja. Rasanya tidak mungkin. Emang dongeng cerita Roro Jongrang. Semua butuh proses. Bahkan mie instan sekalipun butuh disedu beberapa menit supaya bisa dinikmati.

Perencanaan Konten

Tepat di awal September 2023 saya sedang merencanakan sesuatu. Bagaimana ya saya bisa menghasilkan uang UMR dalam sebulan hanya dengan menulis? Kalau seandainya saya menghargai karya dengan harag Rp30.000 untuk setiap artikel atau bab novel yang saya buat. Maka setidaknya harus menulis satu hari 3 atau empat artikel dalam setiap harinya. Sehingga kalau ditotalitaskan dalam sebulan, saya harusnya sudah menulis sebanyai 100 post.  

perencanaan konten menulis

Sungguh itu adalah angka yang sangat fantastis ketika saya tidak mengukur kapasitas diri bahwasannya saya sedang menjalani peran apa saat ini. Yah, namanya juga keinginan. Pastilah punya perencanaan untuk mewujudkannya. Walaupun ekstrim sekalipun sebelum dijalankan.

Jujur, saya ingin sekali menjalani hari-hari sebagai penulis yang bahagia dan kalau seandainya saya mengaplikasikan bidang ilmu yang dulu saya ambil di perkuliahan pun setidaknya saya hanya ingin mengajar 2 kali saja dalam seminggu.

Bagi saya, mengadakan perencanaan itu butuh waktu, energi, dan usaha. Tidak bisa direncanakan hanya sekali, tapi memang harus berkali-kali supaya lebih detail dan terencana. Jadi kalau ada tim perencana di sebuah bisnis, itu merupakan ide bagus juga. Sebab, sebuah pepatah mengatakan bahwa, “Pengaturan (manajemen) pekerjaan itu memperbanyak separuhnya waktu.”

Proses

Saya punya komitmen dalam diri pada waktu itu adalah dengan menggaji diri sendiri. Walaupun sebenarnya seorang penulis itu harus rela bahwa tulisannya itu memang tidak dibayar sama sekali karena hasil jerih payahnya menulis.

Maka di awal perencanaan saya sangat antusias dan bisa menjalankannya paling tidak satu artikel pun satu dalam sehari. Sehingga nanti dibuatkan saja per tanggal kapan saya menyelesaikannya dan kalau pun enggak terselesaikan terhitung hutang saja. Berharap suatu hari nanti saya memiliki waktu sehari atau dua hari untuk membayarnya.

Setelah menjalaninya, malahan gagal. Jangankan membuat satu artikel satu hari. Mengevaluasi diri saja saya tidak punya waktu. Menangis di pojokan setiap minggunya setelah melihat catatan agenda saya kosong, tak bernoda dengan eksekusi perencanaan. Nyesak sih, tapi enggak berdarah. Meskipun sempat bangga bahwa ada yang dikerjakan di awal-awal perencanaan. Namun tidak apa, bahkan saya menyimpulkan bahwa semangat yang saya miliki termasuk dalam ketegori buntut tikus. Awalnya saja yang besar, sampai menjelang ujung habis.

Eksekusi

Bagi saya, bulan November  2023 ini adalah bulan perencanaan ulang. Setelah di Oktobernya terasa amblas seperti orang yang kehabisan bensin. Rutinitas terlihat kacau. Saya pun mencoba mengkaji ulang rekam jejak yang ada di buku agenda beberapa tahun yang silam. Nah, di situlah saya baru merasakan manfaat dari jurnaling selama ini yang kata orang nyinyir enggak berguna sama sekali. Fix, ini sangat membantu sekali. Kapan-kapan saya ulas prosesing perjalanan saya bersama RA Planner.

Hingga akhirnya, saya memutuskan bahwa setiap hari menuliskan 1 karya saja. Baik terlepas bagus atau tidaknya. Tidak perlu banyak ekspektasi dulu, sebab saya merasakan seperti seorang balita yang baru belajar berjalan dengan merangkak. Jadi memang nggak bisa lari marathon.

Dapat Orderan di Seedbacklink

Bergabung di seedbacklink udah lama sebenarnya sekitar beberapa bulan yang lalu, tapi memang masih di tahun yang pertama. Namanya sudah memiliki perencanaan konten sendiri terlepas dibayar atau tidaknya. Eh, ada orderan yang masuk tuh. Terakumulasi 3 artikel dalam sebulan. Itu merupakan sebuah pencapain yang sangat wuah bagi saya karena memang belum pernah serutin itu mendapatkan orderan bisa berturut-turut. Meskipun pada akhirnya rencana tidak sesuai dengan perkiraan karena memprioritas orderan dari Seedbacklink. Setidaknya ada peningkatan finansial secara nyata.

dapat orderan di Seedbacklink

Walaupun nominalnya enggak sebanyak para member Seedbacklink lainnya yang memiliki penghasilan untuk menghidupi diri atau berjuta-juta. Setidaknya, itu menjadi penyelamat saya ketika berada di situasi yang genting. Enaknya di sana, berapapun nominalnya bisa dicairkan. Bagi saya, ini adalah sebuah pencapaian yang sangat membanggakan di kehidupan sekarang.  

Kemudahan dalam berpartner dengan Seedbacklink

Apa perbedaan yang paling signifikan dari Seedbacklink ini dengan para penyedia backlink lainnya?

1.       Artikel disediakan klien. Jadi, klien itu sudah menyediakan artikel yang bakalan kita post idi blog. Palingan tinggal edit sedikit sesuai dengan gaya penyampaian kita saja. Kalau saya sih, sekalian belajar juga kan dengan cara menulis ulang dan menyampaikannya dengan bahasa sendiri. Meskipun sebenarnya kebanyakan juga kalimat yang digunakan dari artikel klien.

2.       Adminnya fast respon. Memang ya, nggak ada yang menandingi kualitas dari fast respon ini. Rasanya klepek-klepek orang dibuatnya. Bercanda. Nggak sampai sejauh itu juga kan, karena saya kan berinteraksi sama adminnya, bukan si doi. Hal yang pasti nyaman saja.

3.       Terhubung dengan para member lainnya di grub WA. Fix, ini merupakan hal yang menyenangkan karena di sana tuh saya enggak merasa sendiri. Enggak hanya saya saja loh yang merasakannya.

Harapan untuk Seedbacklink

Bagi saya, penyedia backlink ini masih menjadi tempat teristimewah hingga saat ini. Harapannya paling di sayanya saja. Semoga bisa melalui hari-hari dengan semaksimal mungkin sebagai seorang penulis. Walaupun jalannya merangkak sekalipun.

Semoga Seedbacklink semakin sukses ke depannya, semakin banyak orang yang tahu dan bermanfaat bagi orang banyak.

 

 

Menjadi Bookstagram di Usia 25

Menjadi Bookstagram di Usia 25

Menjadi Bookstagram di Usia 25

Sebagai manusia yang mendedikasikan diri sebagai penulis sejak tahun 2019. Rasanya tak afdal jika tidak familiar dengan buku, sebab buku adalah jendela dunia. Akan ada banyak hal yang yang terungkap ketika kita membuka buku dan buku adalah guru yang terbaik.

Tulisan tanpa referensi tentulah menjadi sangat hambar rasanya. Saya dulu pernah merasakan masa-masa hanya menulis, mencari inspirasi ke sekitar dan menulis lagi tanpa terbesit untuk menambah kapasitas dengan membaca.

Apa yang dirasakan?

Saya hanya bisa merasakan sesuatu yang hampa dan putarannya itu-itu saja. Bahkan polanya pun bisa ditebak. Sementara inspirasi untuk tetap menulis tetap ada saja dong. Namanya juga penulis fiksi, jadi risetnya enggak harus selalu dengan membaca. Hanya dengan melihat dan merasakan lingkungan sekitar.

Tepat tahun 2023 ini setelah bulan Ramadan 1444H. Saya mencoba sesuatu yang baru dengan menjalani hari-hari sebagai pembaca yang diadakan oleh Langkah Bayi selama 30 hari berturut-turut. Mulai dari langkah kecil itulah, qadarullah saya juga diberikan sebuah buku tentang perjalanan seorang Penghapal Al-Quran yang mencapai impiannya.  

Jadi, sejak kapan saya menjadi seorang bookstagram?

Saat itu saya belum masuk ke dunia literasi yang ternyata memberikan sebuah hadiah untuk orang-orang yang beruntung seperti giveway. Sampai suatu ketika saya bertemu dengan sebuah akun @catatanseorangeha memberikan sebuah hadiah giveway sebuah pelatihan menjadi Bookstagram. Alhamdulillah, saya ikutan dan bertemu dengan Kak Dipi dan teman-teman lainnya.

Sistem Pembinaan Anggota Madya #1

Menjadi Pribadi yang Islami Resume Materi : Menjadi Pribadi Islami

Selamat anda telah naik ke jenjang Madya. Itu berarti akan ada serangkaian pembelajaran yang lebih intens untuk naik ke jenjang Andal. Apakah ini merupakan sesuatu yang benar-benar layak?

Tepat 21 November 2023, FLP SUMUT melaksanakan pembelajaran pertama di jenjang Madya. Pesertanya ada yang dari Binjai, Langkat, Medan, dan Padang Lawas. Sebuah permulaan sebagai garis start waktunya untuk berubah. Walaupun hidup ini terus mengalami kedinamisan dalam hidup. Boleh jadi selama ini kita telah futur. Iman merosot dan harus dicharger ulang.

Pemateri : Abdi Siregar (Anggota Andal FLP)

Moderator : Dewi Chairani

Slide pertama dimulai dengan mengenali empat kepribadian manusia pada umumnya, yaitu Sanguin, Koleris, Melankolis, dan Plegmatis. Apabila kita memahami kepribadian ini, tentulah kita mudah untuk menganalisis kepribadian diri. Enggak memikirkan kepribadian orang lain, minimal kepribadian diri sendirilah.

Sanguin

Pada tipe kepribadian pertama, orang ini pada umumnya memiliki banyak kekuatan, bersemangat, mempunyai gairah dalam hidupnya yang tinggi, bisa membuat lingkungan gembira, dan senang.

Tipe kelemahannya adalah ia cenderung bertindak sesuai dengan emosi dan keinginannya, mudah sekali dipengaruhi lingkungan, dan kurang bisa menguasai diri sendiri.

Koleris

Tipe kepribadian ini berorientasi pada pekerjaan dan tugas. Mereka memiliki disiplikan kerja yang sangat tinggi. Dia bisa melaksanakan tugas dengan setia dan bertanggung jawab. Kelemahannya adalah kurang merasakan perasaan orang lain, belas kasihnya terhadap penderitaan orang lain agak kurang karena perasaannya kurang bermain. Wow, ini merupakan tipe yang mengenyampingkan perasaannya sendiri demi tanggung jawab. Sepertinya cocok juga untuk tipe orang yang ditempatkan sebagai abdi negara.

Melankolis

Tipe orang yang terobsesi pada karya yang paling bagus, paling sempurna, mengerti estetika keindahan hidup ini dan perasannya sangat kuat, sangat sensitif. Kelemahannya mudah sekali dikuasai perasaan murung. Tidak mudah baginya untuk senang atau terawa terbahak-bahak. Sering merasa kecewa dan depresi jika apa yang diharapkanya tidak sempurna.

Apakah saya termasuk memiliki kepribadian ini, setelah melihat ke belakang tugas banyak yang tak selesai? Walaupun cenderung memiliki kepribadian ini bukan berarti sepenuhnya saya plek ketiplek tipe ini juga.

Plegmatis

Tipe kepribadian ini adalah kepribadian yang berbahaya walaupun sebenarnya ia punya kencederungan, santui, kalem, cuek, dan cinta damai. Kelemahannya adalah mudah ditipu karena terlalu percaya pada orang orang lain, tidak memiliki impian atau semangat dalam mengejar impian, sulit menentukan pilihan, terlalu tidak enakan, dan sering menunda-nunda.

 

Unsur-Unsur Kepribadian Muslim

Menurut Matta, manusia adalah zat yang terdiri dari unsur segenggam tanah dan setiap ruh. Berdasarkan dua kecenderungan unsur inilah Allah Swt menciptakan kecenderungan dan dorongan tertentu yang kemudian menjadi dasar-dasar dalam membentuk kepribadian manusia. Unsur ruh lebih cenderung kepada fitrah untuk beribadah kepada Allah, sedang unsur tanah (fisik) cenderung untuk bertindak dan bersikap.

 

Saya jadi teringat dengan jokes anak muda tentang sikap seseorang yang katanya manusia diciptakan dari tanah. Kalau kerjaannya asyik mengambil hak orang lain, barangkali dibentuk oleh tanah sengketa.

 

Al Banna meletakkan pembentukan kepribadian muslim di urutan pertama dalam urutan amal dalam berdakwah. Pribadi dimaksud adalah pribadi yang memiliki akidah (keyakinan) yang lurus, ibadah yang benar, akhlak mulia, wawasan yang luas, fisik yang kuat, bersungguh-sungguh melawan hawa nafsunya, menjaga waktunya, mengatur urusannya, punya kemampuan usaha, dan bermanfaat bagi orang lain.

 Internalisasi Nilai dalam Pembentukan Kepribadian Muslim

Ada dua cara yang bisa dilakukan untuk menginternalisasikan nilai-nilai Islam ke dalam kepribadian seseorang :

1.       Dilakukan oleh dirinya sendiri (Self education). Pada dasarnya manusia memiliki kapasitas natural untuk belajar sendiri.

2.       Melalui orang lain (education by another). Hal ini berproses melalui kerjasama dengan orang lain.

Dua cara ini dalam dunia pendidikan Islam disebutkan sebagai tarbiyah dzatiyah (pembentuikan diri sendiri) dan tarbiyah jama’iyah (pembentukan kolektif).

 

Konsep Tarbiyah Islamiyah memiliki sasaran dan tujuan :

1.      Setiap individu dituntut untuk memiliki kelurusan akidah yang hanya dapat mereka peroleh melalui pemahaman terhadap Al-Quran dan sunnah.

2.      Setiap individu dituntut untuk beribadah sesuai dengan petunjuk yang disyariatkan kepada Rasulullah Saw.

3.      Setiap individu dituntut untuk memiliki kesanggupan akhlak sehingga mampu mengendalikan hawa nafsu dan syahwat

4.      Setiap individu dituntut untuk mampu menunjukkan potensi dan kreativitasnya dalam dunia kerja

5.      Setiap individu dituntut untuk memiliki keluasan, wawasan.

6.      Setiap individu dituntut untuk memiliki kekuatan fisik melalui sarana-sarana yang dipersiapkan Islam.

7.      Setiap individu dituntut untuk memerangi hawa nafsunya dan senantiasa mengokohkan diri di atas hukum-hukum Allah.

8.      Setiap individu diminta untuk mampu mengatur segala urusannya sesuai dengan keteraturan Islam.

9.      Setiap individu dituntut untuk mampu memelihara waktunya sehingga dia akan terhindar dari kelalaian dan perbuatan manusia.

10. Setiap individu harus menjadikan dirinya bermanfaat bagi orang lain.

 

Kesimpulan di akhir :

Kalau memperbaiki diri sendiri secara sendirian akan rapuh, makanya sebaiknya berjamaah. Kita enggak bisa hanya mengandalkan membaca buku sendiri, itulah mengapa perlu tarbiyah atau bimbingan dari yang lebih paham atau ahlinya.

 

Sesi Tanya Jawab :

Hal yang paling menarik adalah sesi tanya jawab dong, karena dengan sebuah pertanyaan akan mengarah pada pendekatan intens dan lebih paham.

1.       Bagaimana hubungan menulis dengan konsep kepribadian islamiyah?

Ketika kita masuk di FLP, itu berarti secara tak langsung kita itu berdakwah dengan tulisan. Bahkan kita bisa mendapatkan hidayah dari membaca cerpen/novel mereka. Makanya coba dulu perhatikan karya-karya terdahulu seperti punya Mbak Asma, Mbak Helvie Tiana Rossa dan yang lainnya.

Bahkan para ulama terdahulu seperti imam syafii, ia selalu berwudhu dan shalat dua rakaat terlebih dahulu sebelum menulis. Supaya niatnya terjaga dan benar-benar karena Allah.

2.       Bagaimana dengan orang yang semangat mengajak berbuat kebaikan, keesokan harinya malahan tida khusyuk dalam ibadah? Apakah ini termasuk riya karena riya kadang tidak disadari.

Jawab :

Terkait dengan rasa riya, kalau kita punya pemikiran takut mengajak berbuat kebaikan karena dibilang riya. Justru itu merupakan riya. Jangan takut kalau kita mau mengajak kebaikan, kalau mereka melaksanakannya justru kita mendapatkan kebaikan juga. Makanya harus ditepis dengan istighfar. Ketika kita melihat ada yang berbeda dengan hati kita, segeralah beristighfar. Antara Ikhlas dan Riya ini setipis bawang merah.

3.       Apakah benar kalau orang yang diuji kesedihan itu banyak yang lulus, sementara diuji kelapangan dan keluasan justru tidak banyak yang lulus?

Jawab : Kalau yang ini memang belum ada pengujian, tapi dari cerita terdahulu banyak yang mengatakan kalau ketika diuji dengan kepalangan justru banyak yang tak lulus karena kelapangan sifatnya melalaikan. Walaupun begitu, mudah-mudahan ketika kita diuji dengan kesedihan dan kelapangan bisa lulus. Apabila diuji dengan kesedihan kita bersabar, apabila diuji dengan kelapangan kita bersyukur.

4.       Bagaimana dengan orang yang punya pemikiran bahwa melakukan ibadah sesuai dengan kesanggupan kita. Makanya ketika diberi tahu ia mengelak bahwa saya hanya sanggupnya ini saja kok?

Jawab : ada seorang ulama mengajarkan kepada muridnya. Ia justru membawa mereka ke lapangan dan menyuruh mereka untuk mengelilingi lapangan sesuai dengan kesanggupan mereka. Sementara ia melihatnya. Ada yang dua putaran telah menyerah, tiga, empat, dan di putaran yang kelima sudah banyak yang gugur.

Apa yang dilakukan ulama itu?

Ia tidak memberikan air minum. Justru ia malah gantian mengelilingi lapangan sampai pada akhirnya putaran ke-10 barulah ia berhenti. Ia melakukannya sampai titik penghabisan tenaga. Begitulah gambarannya kira-kira dalam melakukan ibadah, bahkan ketika sampai ketidaksanggupan lagi dan bahkan gugur sekalipun itu sudah termasuk jihad.

dokumentasi menjadi Pribadi yang Islami

Itulah yang bisa saya sampaikan pada sesi berbagi kali ini, semoga menjadi berkah dan Allah Swt merahmati kita semua.

Menata Mimpi yang Tercecer Episode 1

Menata Mimpi yang tercecer episode 1

Bagaimana rasanya menjadi seorang penulis, tapi enggak menulis karena banyak kegiatan?

Serangkaian waktu telah berlalu dan selama ini kalau berbicara hanya lepas landas saja, hingga pada akhinya orang-orang menyatakan kamu ngomong apa?

Sakit sedikit nian, walaupun sebenarnya tidak terlalu mengganggu. Namun yang namanya hati selalu menyimpan perasaan itu sedikit demi sedikit hingga yang ditakutkan adalah pecah di suatu masa. Apakah itu pernah terjadi?

Tentulah reputasi di masa lalu tidak bisa dibohongi. Bahkan masa depan secerah apa pun, sebab pola kehidupan bisa terjadi lagi di masa depan. Pekara mengubah hidup itu tidaklah mudah. Bahkan ketika kita telah membangunnya hari demi hari, tapi bisa saja roboh dalam waktu sekejab.

Empat bulan telah berlalu. Saya kini telah pindah sekolah mengajar. Tidak lagi di sekolah dasar. Alih-alih ingin memiliki banyak waktu, nyatanya harus terikat waktu pergi gelap dan pulangnya pun gelap. Ibu saya mengatakan bahwa, habis dari lubang buaya, masuk ke mulut harimau. Begitulah ungkapan yang ia layangkan kepada saya.

Saat itu saya menyadari bahwa jangan mengira bahwa hijrah itu menyenangkan atau malah tenang seperti air danau, melainkan bisa saja sederas air terjun. Itu berarti semakin banyak lika-likunya dan beragam yang dilakukan. Termasuk rasa sepenuh hati dalam mengerjakan sesuatu.

Bolak-balik, saya ingin melambaikan tangan menandakan ingin menyerah, tetapi saya harus mengingat bahwa menjadi pengangguran itu lebih menyakitkan. Lebih tertekan batin, sudah tak berduit, eh malah tertekan oleh omongan sekitar. Tak tahan saja rasanya, walaupun sebenarnya sibuk menjadi seorang penulis yang entah kapan menghasilkan cuan sepadan dengan gaji kantoran.

Menulis cara jitu untuk waras

Hanya dengan menulis, saya mampu merangkai kosakata dan belajar berbicara dengan runtun. Terlebih lagi untuk mengekspresikan perasaan yang sulit dijelaskan dengan segala sesuatu yang menyesakkan dada. Namun kalau masalahnya enggak sempat menulis, perkaranya bukan di waktu, tetapi sebuah prioritas dalam kehidupan.

Penulis, semoga menjadi iya.

Sahabat kecil saya mengatakan sesuatu sewaktu saya berkunjung ke rumahnya yang ketika itu dia sedang hamil 11 minggu. Sahabat kecil selalu menjadi saksi nyata dalam memperhatikan perkembangan diri temannya selain orang tua dan orang terdekat. Saat itu ungkapannya sedikit nyelekit. “Mau sampai kapan kamu akan terus menjadi penulis? Sudah lama sekali Henny, orang tua pasti mikirnya yang terbaik.”

Saya terdiam dan menjadi perenungan dalam hidup. Apa yang dia sampaikan itu memang ada benarnya. Saya sudah mengikrarkan diri menjadi penulis sejak tahun 2018. Sejak orang-orang tidak mau bertukar pikiran dan menjadi tempat bersandar kepada hati yang sedang terombang-ambing pasal kehidupan. Namun tulisan itu pula yang selalu menuntun saya menjadi orang baik. Termasuk asupan bahan bacaan untuk menunjang peningkatan dalam hidup. Pekara itu, insyaa Allah akan saya bahas di segmen selanjutnya.

Mengapa bisa berubah?

Empat bulan lamanya bukanlah waktu yang sebentar. Terlebih lagi sudah terbangun karakter pada diri yang ketika itu motifnya banyak tidur, kecapean, pokoknya segala 5l itu bernaung pada diri saya. Hingga teman saya pun mengomel bahwa saya sajanya yang enggak bisa. Bukan yang gimana-gimana atau malah menghakimi bahwa kamu sajanya yang begitu.

Namanya kehidupan pasti tidak terlepas dari komentar orang lain. Hal yang pasti pada waktu itu saya tidak membela diri, justru menerima apa adanya. Sembari menepuk dada, gwencanayo (tidak apa-apa) kamu hebat kok sudah sejauh ini. Walaupun banyak sekali yang harus direvisi. Hal yang penting niat saja dulu untuk berubah.

Hingga pada suatu ketika saya melihat buku agenda saya yang sebelumnya, yaitu rutin sedekah setiap subuh dan tak lupa berdoa untuk dibukakan pintu hidayah. Itu saja yang diulang-ulang setiap harinya. Walaupun entah kapan terwujudnya, setidaknya ketika saya menulis cerita ini. Ada sedikit perubahan dalam diri saya, yaitu memberanikan menulis di tengah padatnya kesibukan.

Bersambung

Bulan Bahasa Bersama Forum Lingkar Pena

Bulan Bahasa Bersama Forum Lingkar Pena

Indonesia terdiri dari berbagai macam suku bangsa. Banyak pula orang-orang mempertahankan cara mereka berbicara di lingkungan sekitar dengan bahasa daerah. Namun ada juga yang bahkan bahasa daerah pun tidak memahami bahasa dari sukunya sendiri.

Saya teringat saat dulu masa kuliah di Universitas Negeri Medan. Kala itu banyak Mahasiswa berasal dari kampung pedalaman. Mereka kalau berbicara dengan bahasa Indonesia terkadang saya pun bingung, saking medoknya logat bahasa daerah. Seringkali penyampaiannya menjadi salah tafsir. Namun saya sendiri yang merupakan orang Jawa, malahan tak bisa berbahasa Jawa sepenuhnya. Kalau memahami bahasa Jawa malahan hanya sedikit sekali.

Semasa Sekolah Menengah Pertama saya pernah bertanya sama Mama di rumah. “Mak, kenapa kami enggak diajarin bahasa Jawa ya?” tanyaku polos ingin tahu. Sembari berharap Mama enggak marah kalau saya bertanya seperti itu.

“Mama takut kalian nanti malu kalau ngomong Jawa. Nanti kalian malu enggak bisa bahasa Indonesia.”

Saya menurut apa perkataan Mama pada waktu itu. Mungkin ada benarnya juga karena kita disatukan oleh Bahasa Indonesia. Semua orang banyak yang memahami dibandingkan bahasa daerah. Sebagai Puja Kesuma alias Putri Jawa Kelahiran Sumatera memang tidaklah mudah untuk mempertahankan logat yang lembut ala Jawa. Makanya saya sangat kaget ketika berbicara langsung dengan orang yang berasa di Jawa sana. Masyaa Allah, begitu sopannya mereka. Beda dengan saya yang bawaannya ingin tegang urat kalau berbicara. Enggak bisa berbicara dengan nada yang lembut.

Sejak bertemu dengan Forum Lingkar Pena tahun 2019 yang lalu. Hidup saya menjadi berubah. Saya memiliki pandangan lain terhadap literasi. Literasi tidak hanya dengan bacaan novel daring yang saya baca, tetapi dari banyak sisi. Sebagai anak baru tentunya menggerakkan hati untuk selalu penasaran dengan apa yang ada. Termasuk membaca setiap pesan yang masuk di grup besar FLP Sumatera Utara.

Saya yang minim ilmu pengetahuan lantas terpukau dengan gagasan yang mereka sampaikan. Begitu fasih dan kaya akan data. Bukan hanya apa yang ingin disampaikan, tetapi berkenaan dengan pengetahuan yang ada sebelumnya. Sehingga mengajak saya untuk rajin membaca artikel berita.

Dulunya saya merasa suka dengan bahasa Inggris. Namun semenjak memutuskan menjadi seorang penulis. Justru saya merasa banyak hal yang harus dipelajari dari Bahasa Indonesia itu sendiri. Sebab ternyata lebih menarik lagi mengolah kata supaya enak didengar dan dibaca. Apalagi banyak kata perumpamaan seperti sinonim ataupun padanan kata. Semakin banyak bacaan yang dibaca, maka semakin banyak pulalah pembendaharaan kata yang tersimpan dalam benak.

Pernah suatu ketika saya ditanya oleh Mama dalam kondisi saya amat jarang berbicara di rumah. Palingan kalau berbicara hanya sepenuhnya. Lantas, saya malah menjawab dengan lancar dan tahu apa yang disampaikan tanpa terbelit-belit. “Kok bisa ngomong lancar begitu?”

Saya hanya cengar-cengir sembari menjawab, “karena baca.” Padahal kalau dipikir-pikir enggak pernah berbicara, kalau disuruh berbicara kan rasanya amat susah. Itulah mengapa berbicara pun kadang harus latihan dulu supaya tidak mempermalukan diri sendiri.

Menurut Kemendikbud yang diterbitkan di Jakarta, 8 April 2022. Perkembangan Bahasa Indonesia terus meningkat pesat bahkan melebihi bahasa induknya, yaitu bahasa Melayu. Bahasa Indonesia memiliki sisi historis (sejarah), hukum, dan linguistik. Masih ingat sekali bahwa penulisan huruf ‘u’ dulunya bereja ‘oe’, contohnya ‘zaman doeloe’

Bahkan di tingkat Internasional, bahasa Indonesia telah menjadi bahasa terbesar di Asia Tenggara dan persebarannya telah mencakup 47 negara di seluruh dunia. Sempat juga terpikir, apakah bahasa Indonesia bisa menjadi bahasa Internasional?

Kebetulan sekali di bulan Oktober ini identik dengan bulan bahasa. Forum Lingkar Pena dan Bulan Bahasa 2023 turut menyemarakkan suasana untuk menggerakkan hati supaya  bangga dengan Bahasa Indonesia. Begitupula dengan yang disampaikan oleh Sumpah Pemuda jatuh pada tangga 28 Oktober 1928 yang berisikan salah satunya tentang menjunjung bahasa persatuan, bahasa Indonesia.

Maka memang sudah seharusnya kita bangga dengan Bahasa Indonesia sehingga memudahkan kita untuk berinteraksi satu sama lain. Kalau kita tetap berpendirian teguh untuk tetap menggunakan bahasa masing-masing. Enggak terbayang saja bagaimana ribetnya harus mempelajari banyak bahasa dari tetangga ke tetangga supaya bisa nyambung berbicara.

Sumber referensi :

kemendikbud.go.id