Sebenarnya otak saya masih bisa membedakan mana yang
seharusnya dilakukan. Entah kenapa rasa malas itu lebih cepat tanggap untuk
membujuk saya untuk tidak melakukan pekerjaan yang positif. Akhirnya hanya bisa
rebahan dan rebahan hanya demi menenangkan suasana hati yang buruk. Seketika
saya langsung tersadar dengan sendirinya. Waktu ini sudah berjalan begitu saja
tanpa ada sesuatu yang membekas. Misalnya enggak produktif gitu. Namun setelah
dipikir-pikir lagi kalaulah saya kerjanya hanya rebahan saja. Saya malah enggak
merasa berguna kecuali menghabiskan waktu untuk menua.
Ketika menginjakkan di usia yang 22 tahun ini.
Terkadang saya malah merasa terlambat untuk mempelajari itu semua. Sedangkan
tak jarang teman yang sebaya saja sudah berpenghasilan dari kemampuan dan
pengetahuan yang mereka miliki. Bahkan mereka sudah membahagiakan kedua orang
tuanya.
Padahal konsep berpikir seperti itulah yang malah membuat saya celaka dan tak
mampu berkembang. Kemudian sekelebat pemikiran lainnya pun hadir. Mengapa tidak
mengingat nasip orang yang jauh lebih malang? Setelah memikirkan itu semua.
Akhirnya saya menemukan sebuah langkah untuk menemukan kebahagiaan dalam hidup
yang ujungnya mencintai diri sendiri. Ada empat hal yang bisa saya lakukan
untuk mencapai kebahagian itu:
1. Tidak Perlu Iri dengan Orang Lain
Hal mendasar yang bisa saya lakukan adalah dengan
tidak perlu iri dengan orang lain. Khususnya lagi perkara fisik dan kekayaan. Hanya
dengan mengirikan orang lain, hati akan menjadi sakit tidak karuan. Bahkan
melakukan hal-hal yang tidak penting. Iya, rasanya buang-buang energi saja jika
iri dengan orang lain.
Si
A kok cantik ya orangnya?
Si
A juga punya duit?
Tidak
perlu membandingkan diri dengan orang lain jika membuat diri sakit. Apalagi
sampai bertindak hal yang tidak baik hanya untuk menjatuhkan si A. Sikap iri
hati tersebut akan mengarah pada kejulitan atau dengki.
Cara
mudah untuk tidak iri dengan orang lain katakanlah si A tadi adalah dengan
tidak memikirkannya.
2 Syukuri Apa yang Ada
Ini kembali pada diri sendiri. Setelah enggak
memikirkan si A lagi. Gimana rasanya kalau fokus melihat apa yang ada di dalam
diri? Misalnya mata yang masih bisa melihat, telinga yang masih bisa mendengar,
tangan yang masih bisa digunakan, dan kaki yang bisa berjalan. Apalagi nikmat
kesehatan itu masih ada. Maka ingatlah dengan kandungan surah Ar-Rahman yang
selalu diulang tentang Nikmat manakah yang engkau dustakan?
Kalau masih kurang bersyukur lagi. Coba lihatlah
dulu orang yang enggak lengkap anggota tubuhnya atau orang yang tinggal di
jalanan. Tentu kita yang sehat dan tiada cacat fisik ini merupakan orang yang
beruntung. Hanya dengan begitu, hati menjadi tenang dan tentram tanpa ada
beban.
3 Gali Potensi Diri
Sekadar mensyukuri apa yang ada belumlah lengkap
apabila tidak menggali pontensi diri. Apalagi kita yang masih merupakan jiwa
muda. Masih banyak hal-hal lainnya yang belum ditelusuri. Cobalah memahami diri
sendiri terlebih dahulu. Saya itu sukanya apa ya? Atau punya bakat apa ya?
Lakukanlah hal yang bisa dilakukan dan mungkin dicapai. Hanya dengan menggali
potensi diri. Seiring berjalannya waktu kita akan menemukan keunggulan dalam
diri dan mungkin orang lain enggak punya.
4 Kelilingi Diri dengan Orang-Orang Baik
Meskipun semangat untuk tetap berjuang dari dalam
diri itu memang sudah lebih hebat dari berbagai motivasi dari luar. Kita masih
perlu dorongan atau pemantik untuk tetap mempertahankan motivasi ini. Apalagi
motivasi seseorang itu bisa berubah-ubah seiring berjalannya waktu.
Kelilingilah diri dengan orang-orang yang memiliki impian sama dan baik pula.
Mereka nantinya yang tanpa kita sadari akan mengarahkan diri untuk tetap
mempertahankan mimpi tersebut.
Jika cara-cara tersebut masih belum meyakinkan diri
untuk bisa mencintai diri sendiri. SatuPersen bisa membantu untuk menemukan solusi dalam hidup. Mencintai diri sendiri
tidak terlepas dari namanya tujuan hidup. Salah satu pilihan yan ditawarkan
Satu Persen ini adalah IKIDAI yaitu alasan untuk hidup. Setidaknya hal yang dipertanyakan dalam konsep tersebut ada empat hal:
- Apa pekerjaan yang kamu suka?
- Apa pekerjaan yang kamu bisa atau ahli dalam sebuah bidang?
- Apakah pekerjaan ini dibutuhkan banyak orang?
- Apakah pekerjaanmu dibayar?
Pertanyaan itu sukses membuat saya memikirkan kembali dan menemukannya di video Satu Persen berikut.
#SatuPersenBlogCompetition
Sumber :
satupersen.net
dokumen pribadi dan desain grafis di Canva